Kobani, CNN Indonesia -- Organisasi advokasi internasional, Human Rights Watch, HRW, melaporkan bahwa kelompok militan ISIS telah menyekap dan melecehkan puluhan siswa asal Kobani, Suriah.
Meskipun CNN belum dapat memverifikasi laporan ini, laporan tindakan kekerasan dan pelecehan oleh ISIS bukanlah yang pertama.
HRW melaporkan kasus penculikan ini berdasarkan kesaksian empat siswa yang menyatakan mereka telah ditahan dan disekap ISIS selama berbulan-bulan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa lembaga internasional dan saksi mata telah menyatakan bahwa ISIS memang tidak segan melakukan tindak kekerasan kepada wanita maupun anak-anak.
Seperti tertulis dalam situs resmi HRW, keempat siswa laki-laki tersebut berumur 14 hingga 16 tahun. Mereka termasuk dalam rombongan pelajar yang telah menyelesaikan ujian tengah semester di sekolah mereka di Aleppo dan diculik dalam perjalanan pulang menuju rumah mereka di Kobani, Suriah, pada 29 Mei 2014.
ISIS menangkap seluruh rombongan pelajar tersebut dan membebaskan 100 siswi hanya dalam hitungan jam. Namun, mereka tetap menahan siswa di sebuah sekolah di Manbij, sekitar 50 kilometer barat daya Kobani.
Menurut kesaksian para korban, kondisi kehidupan mereka di dalam sekapan ISIS sangat mengenaskan. Mereka harus tidur beralaskan lantai, hanya diperbolehkan mandi dua minggu sekali, makan dua kali sehari dan mendapatkan sesekali kunjungan dari keluarga dan orang tua mereka.
Seorang siswa remaja yang tak disebutkan namanya mengaku dia dan teman-temannya dipaksa untuk menonton video eksekusi pemenggalan oleh ISIS dan sejumlah aksi kekerasan lainnya. Selain itu, dia juga diharuskan menunaikan shalat lima kali sehari dan menghafal Al-Quran.
Tragisnya, jika mereka tidak menurut atau bahkan mencoba melarikan diri, mereka akan dipukuli dengan selang dan kabel listrik.
Seperti ditulis dalam laporan Human Rights Watch, salah satu anak dihukum dengan cara satu tangan diikat di punggung, sedang tangan yang lain diikat di kakinya, hanya karena dia menangis dan memanggil nama ibunya.
"Kadang, kami dipukuli tanpa alasan," ujar seorang siswa remaja berumur 16 tahun.
Seorang siswa lainnya menyatakan hukuman yang lebih berat ditimpakan kepada siswa yang diketahui memiliki kerabat pejuang Kurdi Suriah yang tergabung dalam Unit Perlindungan Rakyat, atau YPG.
"ISIS meminta mereka memberikan nama dan alamat keluarga mereka yang menjadi pejuang Kurdi, sembari mengancam, 'Kami akan bunuh dan penggal mereka semua ketika kami mengusai Kobani'," kata siswa remaja itu.
Laporan tersebut menyebutkan, beberapa siswa remaja yang ditahan berhasil melarikan diri atau dijadikan alat pertukaran bagi tawanan ISIS pada sekitar bulan Juni dan September lalu.
Hingga saat ini, ISIS telah membebaskan 75 siswa remaja yang ditahan, termasuk empat siswa yang memberikan kesaksian kepada Human Rights Watch. Ketika dibebaskan sekitar bulan September lalu, keempat siswa ini melewati perbatasan Turki.
Menurut laporan HRW, pejabat Kurdi menyatakan 25 siswa remaja lainnya dibebaskan sekitar sebulan kemudian.
Kobani, kampung halaman para siswa tersebut, telah menjadi medah pertempuran antara pejuang Kurdi dan kelompok militan ISIS selama satu bulan terakhir.
Perlawanan pejuang Kurdi mendapat bantuan dari koalisi serangan udara yang dipimpin oleh Amerika Serikat.
Selain itu, pejuang Peshmerga yang memasuki wilayah Kobani lewat Irak juga telah membantu merebut kota tersebut dari cengkraman ISIS.