Damaskus, CNN Indonesia -- Pemusnahan puluhan fasilitas produksi senjata kimia yang saat ini masih ada di Suriah dijadwalkan akan dimulai pada akhir bulan ini, sementara itu PBB masih terus memverifikasi laporan daftar senjata yang diberikan pemerintah Bashar al-Assad.
"Ada tujuh hanggar dan lima terowongan bawah tanah yang perlu dimusnahkan," ujar presiden Dewan Keamanan PBB, Gary Quinlan, kepada wartawan setelah pertemuan tertutup dengan Sigrid Kaag, penasihat khusus PBB dalam program senjata kimia Suriah.
"Pemusnahan ini dijadwalkan akan dimulai pada akhir bulan ini dan mungkin akan selesai sekitar musim panas tahun depan," ujar Quinlan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Quinlan mengungkapkan Kaag juga telah memberitahukan kepada 15 negara anggota Dewan Keamanan tentang rencana pemusnahan fasilitas produksi senjata kimia yang pada September lalu baru diumumkan oleh pemerintah Suriah.
Fasilitas tersebut diketahui adalah tempat memproduksi racun risin yang mematikan.
Kaag juga menekankan perlunya untuk terus memverifikasi laporan pemerintah Suriah tentang jangkauan gudang gas beracun dan kemampuan produksi mereka.
Tahun lalu, pemerintah Suriah setuju untuk menghapus seluruh program senjata kimia setelah serangan gas beracun pada 21 Agustus 2013 silam yang menewaskan lebih dari 1.400 warga Ghouta, wilayah di pinggiran kota Damaskus.
Namun, badan intelijen negara-negara Barat telah lama menduga bahwa Suriah tidak mengungkap seluruh senjata senjata kimia agar bisa dimusnahkan.
Suriah seharusnya sudah menghancurkan seluruh produksi, pengisian serta fasilitas cadangan senjata kimia, namun ternyata 12 hanggar dan bungker bawah tanah pembuat risin masih belum dimusnahkan.
Duta Besar Suriah untuk PBB, Bashar Ja'afari menyatakan pembongkaran 12 fasilitas produksi tersebut dijadwalkan akan dimulai pada bulan ini.
Menurut Ja'afari, semua fasilitas produksi tersebut sudah kosong, begitu pula dengan yang ada di bawah tanah.
"Negara dan pemerintah Suriah ikut serta secara penuh dan berkomitmen menuju kerja sama berkelanjutan dengan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia untuk menyelesaikan isu teknis yang masih ada. Tidak ada lagi program senjata kimia di Suriah," ujar Ja'afari.
Pemerintah Suriah membantah telah menggunakan senjata kimia dan menuduh pihak oposisi yang berulangkali melakukan serangan gas beracun di negaranya.
Klaim ini dibantah oleh kubu pemberontak yang didukung oleh negara-negara Barat yang mengatakan bahwa teknologi senjata kimia hanya dimiliki oleh negara, bukan kelompok militan.