Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
CNN Indonesia --
 Professor Bernard Freamon (law.shu.edu) |
Professor Bernard Freamon mengajar soal perbudakan di era modern dan perdagangan manusia di Seton Hall University School of Law, New Jersey, Amerika Serikat. Dia juga ahli di bidang Sejarah Hukum Islam. Saat ini Freamin tengah menggarap sebuah buku berjudul "Islam, Perbudakan dan Kerajaan di Dunia Samudera Hindia". Tulisan adalah pandangan pribadinya.Dalam beberapa bulan terakhir, dunia menyaksikan peristiwa mengerikan tentang perbudakan ribuan masyarakat Yazidi yang tidak berdosa dan kelompok minoritas agama lainnya oleh ISIS di Irak dan Suriah.
Dalam artikel terbarunya di majalah online berbahasa-Inggris, ISIS menyajikan ideologi yang membenarkan perbudakan non-muslim dan non-militan, mengatakan bahwa "memperbudak keluarga orang kafir dan menjadikan wanita mereka selir adalah salah satu aspek dalam syariat Islam."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artikel itu berargumen, berdasarkan berbagai sumber Syariah, para tentara ISIS punya kewajiban agama untuk membunuh dan memperbudak warga Yazidi sebagai bagian dari jihad mereka melawan musuh.
Argumen ini jelas salah, munafik dan menyalahi sejarah, hanya didasarkan fantasi yang terinspirasi dari zaman kekaisaran Islam.
Hal ini juga bertentangan dengan pendapat pemikir Muslim di mana saja dan sebuah penyesatan jahat atas hukum Islam, terutama yang berasal dari sumber aslinya, yaitu Kitab Suci Al-Quran.
Kaum terpelajar di seluruh dunia sepakat saat ini ada konsensus universal yang mengakui hak asasi manusia yang tidak terbantahkan untuk bebas dari perbudakan dan perdagangan manusia.
Hak ini, yang sama seperti hak seseorang bebas dari genosida, penyiksaan, diskriminasi ras dan pembajakan, telah menjadi pondasi dasar hubungan antar manusia.
ISIS mencoba memalingkan yurisprudensi Islam dari konsensus universal dengan mengutip ayat-ayat Quran yang mengakui adanya perbudakan.
Cara ISIS ini pada kesan pertama terdengar masuk akal. Karena Quran, seperti literatur agama lainnya, mengakui adanya perbudakan sebagai fakta kehidupan pada saat ayat itu diturunkan.
Tapi Quran memberikan pandangan yang sama sekali baru soal isu perbudakan ini dan cara ISIS yang hanya mengutip sebagian ayat yang mereka sukai telah mengabaikan fakta ini.
Pertama, soal perbudakan di dalam Quran adalah soal pembebasan budak, bukan menawan mereka atau meneruskan praktik perbudakan. (Lihat, sebagai contoh, Al-Quran ayat 2:177, 4:25, 4:92, 5:89, 14:31, 24:33, 58:3, 90:1-12).
Tidak ada satupun ayat di Quran yang mengatakan praktik perbudakan harus dilanjutkan.
Lebih lanjut, Quran sama sekali tidak menyinggung soal pasar-budak atau pembelian-budak dan Kitab Suci ini berulangkali mendesak umat Islam untuk membebaskan budak sebagai bentuk keimanan mereka pada Tuhan.
Mungkin contoh terbaik dari pembebasan budak ini ada di surat 90 (al-Balad), yang secara eksplisit berbicara kepada Nabi Muhammad. Surat ini menyajikan dua jalan yang bisa diambil dalam kehidupan dan "jalan mulia" yang mengarahkan manusia yang beriman untuk membebaskan budak.
Nabi Muhammad mematuhi perintah ini dan menunjukkan teladan bagi kondisi spiritual dan material bagi para budak di masyarakat sekitarnya.
Teladan ini menjadi inspirasi para sahabat Nabi untuk membebaskan ribuan budak dan, dalam hadits yang sering dikutip, Nabi Muhammad mengancam pria yang "menjual manusia bebas sebagai budak" akan membayar semuanya di Hari Perhitungan.
Ini adalah kutukan yang eksplisit terhadap perdagangan manusia.
Memang benar ada laporan soal kehidupan Nabi yang menunjukkan dia memberi dan menerima budak dan bahkan menggunakan perbudakan sebagai bentuk penaklukan dalam perang.
Namun dia sendiri yang membebaskan seluruh budaknya dan situasi perang dalam kisah itu sangat unik, melibatkan orang-orang tertentu atau yang berkhianat kepadanya.
Hanya ada satu ayat Quran, 47:4, yang memerintahkan menangkap seseorang sebagai tawanan perang dan tidak memperbolehkan perbudakan, memerintahkan komandan militer untuk membebaskan tawanan sebagai bentuk kebaikan atau menahan mereka untuk tebusan.
Oleh karena itu, memperbudak tawanan perang dianggap ilegal dan memperbudak warga sipil adalah kejahatan dalam Islam.
Namun banyak yang lupa, bahwa selama ratusan tahun, kekaisaran Islam dan para pedagang budak secara ilegal menyerbu desa-desa warga sipil di Eropa Timur, Afrika Barat, Afrika Timur, India dan Asia Tenggara, menjarah, merampok, menangkap dan memperkosa wanita dan anak-anak dengan alasan jihad.
Sepertinya ideologi ISIS ingin membangkitkan kembali warisan yang memalukan ini.
Para penafsir tradisional menyimpulkan bahwa perbudakan diperbolehkan dalam Islam karena ayat-ayat Quran membicarakannya dan mengaturnya.
Namun mereka harus menyadari bahwa semua ayat Quran soal perbudakan muncul dalam konteks yang sangat mendorong pembebasan.
Mengapa? Karena Al-Quran bertujuan untuk menghapuskan perbudakan secara bertahap.
Inilah yang sebenarnya terjadi dalam sejarah. Tapi ISIS menganggap menghapus perbudakan dalam dunia Muslim berarti "mengabaikan" hukum Syariah.
Mereka salah. Bahkan, ayat-ayat Quran mendorongnya munculnya masyarakat yang bebas dari perbudakan melalui kendaraan pembebasan budak.
Ada ayat lain dalam Quran, 3:64, yang ditafsirkan sebagai sebuah kalimat yang eksplisit memerintahkan penghapusan budak.
Ayat tersebut mengutuk "ahli kitab" yang memuja manusia lainnya.
Sayyid Qutb, seorang ulama Sunni dan penafsir al-Quran yang banyak menuai pujian dari para cendekiawan dan kubu tradisional seperti ideologi ISIS, menyajikan penafsiran untuk ayat ini dalam karyanya yang fenomenal, Fi Zilal al-Quran (Dalam Bayangan Quran).
Berbicara soal ayat itu, Qutb menganggap bahwa memperbudak manusia, seperti Firaun memperbudak kaum Ibrani, adalah "bentuk penyimpangan terburuk."
Dia mengatakan bahwa ayat itu bertujuan untuk menjelaskan bahwa "tidak ada orang yang berada di atas orang lain", bahwa "tidak ada orang yang memperbudak orang lain" dan manusia "tidak boleh memperbudak manusia lain".
Dia berpendapat bahwa Islam menekankan "pembebasan manusia dari perbudakan manusia lainnya". Banyak ulama besar sepakat dengan pendapat ini.
Baru-baru ini, beberapa ulama besar Islam telah mengirimkan surat pada Abu Bakar al-Baghdadi, pemimpin ISIS, menasihatinya dalam beberapa masalah.
Untuk masalah perbudakan, menurut para ulama kepada Baghdadi, mereka mengatakan "Tidak ada satu pun ulama yang menentang bahwa tujuan Islam adalah menghapuskan perbudakan" dan ada konsensus umat Muslim soal larangan perbudakan selama lebih dari satu abad.
Pendapat ini lebih jauh telah mendukung kesimpulan bahwa ISIS melakukan kesalahan dengan memperbudak Yazidi dan yang lainnya.
Muslim yang berpikiran lurus harus mengutuk tindakan tersebut dan membebaskan mereka yang diperbudak.
Sumber:
CNN (den/stu)