Amman, CNN Indonesia -- Israel dan Palestina sepakat untuk mengambil langkah-langkah konkret untuk meredakan ketegangan di situs suci Yerusalem. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri AS John Kerry pada Kamis setelah pertemuan di ibukota Yordania.
Kekerasan berkobar dalam beberapa pekan terakhir di situs suci yang menjadi lokasi masjid Al-Aqsa dan kuil suci bagi umat Yahudi.
Bentrokan antara polisi Israel dan warga Palestina membuat ketakutan akan bangkitnya gerakan intifadah Palestina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semua pihak telah sepakat untuk “bertindak praktis dan spesifik untuk memulihkan ketenangan," kata Kerry tanpa menjelaskan lebih rinci.
"Hari ini, kami bekerja untuk memadamkan percikan ketegangan agar tidak menjadi api yang benar-benar di luar kendali," ujar Kerry diapit oleh Menteri Luar Negeri Yordania Naser Judeh. Jordan memiliki otoritas atas situs suci di Yerusalem.
Sebelumnya, Kerry melakukan pertemuan dengan Raja Yordania Abdullah dan Perdana Menteri ISrael Benjamin Netanyah. Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi bergabung melalui telepon dan berjanji ikut mendorong pembicaraan damai Palestina dan Israel.
Kerry bertemu sehari sebelumnya dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Kelompok ultra-nasionalis Israel berusaha untuk memperoleh izin bagi umat Yahudi untuk berdoa di kuil suci mereka di komplek Kota Tua. Namun menurut Judeh, Netanyahu telah menunjukkan komitmen untuk menghormati status quo dan otoritas Yordania yang bertanggung jawab terhadap situs suci.
Judeh juga mengatakan Jordan tidak akan mengembalikan duta besarnya ke Tel Aviv yang ditarik minggu lalu, hingga ada bukti nyata langkah konkret untuk meredakan ketegangan.
"Israel harus menghapus semua elemen ketidakstabilan yang kita lihat. Kita harus menunggu dan melihat apakah hal ini dilakukan," kata Judeh..
Sebelumnya, Abdullah menuduh Israel “menyerang (situs suci) berkali-kali” dan mengatakan mereka harus berhenti.
Para pejabat Yordania yang mengelola situs suci mengatakan tak terhitung penggerebekan di masjid yang dilakukan oleh kelompok ultra-nasionalis tahun ini.
Namun Netanyahu menuduh Palestina di Tepi Barat yang mengobarkan kekerasan.
Para pejabat Yordania takut kerusuhan yang lebih luas di Tepi Barat bisa meluas ke negara mereka sendiri, di mana tinggal mayoritas penduduk keturunan Palestina yang melarikan diri menyeberangi sungai Yordan setelah deklarasi Israel pada 1948.