Donetsk, CNN Indonesia -- Serangkaian ledakan keras dan tembakan artileri mengguncang bandara Donetsk di Ukraina timur, pada Senin (17/11).
Wartawan
Reuters yang berada di dekat lokasi kejadian melaporkan bahwa serangkaian tembakan artileri terjadi di beberapa area bandara dan terdengar letusan bom di tengah pertempuran antara separatis pro-Rusia dan pasukan pemerintah.
Juru bicara militer Ukraina Andriy Lysenko menyatakan bahwa enam tentara pemerintah tewas dalam 24 jam terakhir dan tercatat serangkaian tembakan artileri dari kelompok pemberontak di lokasi sekitar bandara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertempuran ini bertolak belakang dengan kesepakatan gencatan senjata disepakati kedua pihak pada 5 September lalu.
Bahkan, pada Minggu (16/11) kemarin, pemimpin kelompok separatis pro-Rusia, Andrei Purgin, sempat menyatakan bahwa kelompoknya telah mencapai kesepakatan dengan tentara Ukraina untuk menghentikan pertempuran di sekitar bandara Donetsk.
Namun juru bicara militer, Vladyslav Seleznyov, menyatakan kesepakatan tersebut hanya dimaksudkan agar kelompok separatis dapat mengevakuasi pasukannya yang tewas dan memulihkan pasukan terluka akibat pertempuran yang terjadi di bandara tersebut.
"Mereka telah mengevakuasi jenazah pasukan yang tewas dan mulai menembak lagi," kata Seleznyov di Kiev, Senin (17/11).
Baik kelompok separatis pro-Rusia dan tentara pemerintah Ukraina saling tuding tentang siapa yang melanggar kesepakatan gencatan senjata di Ukraina Timur yang semakin memburuk terutama sejak kelompok separatis menyelenggarakan pemilihan umum untuk menentukan pemimpin wilayah tersebut, 2 November lalu.
Pemerintah Ukraina menganggapi aksi tersebut dengan memutuskan tak lagi mendanai daerah yang dikuasai kelompok separatis.
Kiev juga terus menuding Rusia mengirim pasukan dan tank untuk mendukung separatis. Tuduhan itu kerap dibantah Moscow dalam berbagai kesempatan.
Sementara, sejumlah menteri luar negeri Uni Eropa bertemu di Brussels untuk membahas respon atas pemilu yang dianggap ilegal tersebut.
Pejabat Uni Eropa yang enggan disebut namanya menyatakan bahwa Rusia kemungkinan akan menerima sanksi yang lebih berat akibat peristiwa tersebut.
Hingga saat ini, konflik antara kelompok separatis dengan tentara pemerintah Ukraina telah menyebabkan lebih dari 4.000 orang tewas sejak April lalu. Pertempuran keduanya meletus sekitar sebulan setelah Rusia menganeksasi wilayah Crimea.