Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Kiev, CNN Indonesia -- Kesepakatan antara Rusia dan Ukraina untuk melakukan gencatan senjata diperkirakan tidak akan efektif untuk mengakhiri konflik di wilayah timur Ukraina karena tergantung pada sikap pemerintah Ukraina sendiri.
Jika Ukraina benar-benar tulus ingin menghentikan peperangan ini, negara itu tidak akan meminta bantuan Pakta Pertahanan Atlantik Utara, NATO, untuk menempatkan pasukan militer di wilayah konflik.
Keputusan Ukraina ini membuat kelompok separatis di Donetsk marah karena merasa Ukraina masih berambisi menundukkan wilayah Donetsk agar tidak lepas seperti Krimea yang kini bergabung dengan Rusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Donetsk merupakan wilayah di timur Ukraina, salah satu wilayah pertambangan dan industri besar yang menghasilkan setidaknya 28 persen pendapatan negara. Jadi jelas Ukraina tidak ingin melepaskan Donetsk ke tangan Rusia.
Selain Donetsk, terdapat pula Lugansk, yang selalu dinomorduakan oleh pemerintah Ukraina hanya karena warganya masih menjunjung tinggi bahasa serta budaya Rusia.
Sikap pemerintah Ukraina inilah yang akhirnya membuat warga Donetsk dan Lugansk ingin melepaskan diri dari Ukraina dan memproklamirkan kemerdekaan.
Pemerintah Ukraina berupaya mencegah kemerdekaan kedua daerah ini dengan mengirimkan pasukan militer, sehingga bentrok pun tidak terhindarkan.
Melihat krisis di Ukraina, Rusia berupaya menolong warga Donetsk dan Lugansk dengan mengirimkan bantuan kemanusiaan yang berdasarkan atas ikatan persaudaraan antara kedua daerah tersebut dengan Rusia.
Jika kembali menelisik ke belakang, awal mula krisis di Ukraina ini terjadi bukan hanya akibat dari konflik Krimea, tetapi juga akibat pemunduran paksa presiden Viktor Yanukovych oleh kekuatan massa di lapangan kemerdekaan Maidan.
Yanukovych dituntut mengundurkan diri setelah menolak penandatanganan perjanjian dengan Uni Eropa yang ingin membantu perekonomian Ukraina dengan syarat memutus hubungan ekonomi dengan Rusia.
Yanukovych menyadari bahwa geopolitik Ukraina tidak bisa lepas dari Rusia sehingga ia lebih memilih menandatangani kerjasama dengan Rusia sebagai upaya menstabilkan krisis ekonomi Ukraina.
Yanukovych terpilih menjadi presiden Ukraina melalui pemilihan umum pada 2010, menandakan warga Ukraina percaya kepada kepemimpinannya.
Jika Yanukovych memutuskan kebijakan yang keliru, seharusnya parlemen bisa terlebih dulu mengkoreksi kebijakan tersebut demi menghindari aksi protes massa.
Seandainya saja Yanukovych tidak digulingkan, mungkin konflik di wilayah timur Ukraina tidak akan sepanas sekarang.
Djoko N. Sunaryo adalah pendiri dan penasehat Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Rusia, PPIR, yang berdiri sejak Oktober 1998 di Moskow dan berkedudukan di kota Moskow.