Wina, CNN Indonesia -- Perundingan nuklir Iran terancam kandas saat kesepakatan diprediksi tidak akan tercapai dengan negara-negara Barat. Jika sudah demikian, Iran akan melancarkan "rencana B" yaitu merapat ke sekutunya di Dewan Keamanan, yaitu Tiongkok dan Rusia.
Kantor berita ISNA, dikutip Reuters (23/11), menuliskan soal kebimbangan pemerintah Iran yang sangsi dapat memenuhi tenggat waktu 24 November untuk mencapai kesepakatan terkait penghapusan sanksi terhadap program nuklir Teheran.
"Mengingat waktunya yang sempit dan masih banyak masalah yang harus didiskusikan dan diselesaikan, mustahil mencapai kesepakatan yang final dan komprehensif pada 24 November," tulis ISNA yang mengutip anggota tim negosiator dalam perundingan nuklir Iran di Wina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perundingan antara Iran dengan Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, Rusia dan Tiongkok dimulai pada Selasa lalu di Wina. Tujuan perundingan kali ini adalah membicarakan pencabutan sanksi ekonomi atas Iran jika negara itu sepakat mengurangi jumlah sentrifugal pengaya nuklir.
Iran menolak tuduhan Barat yang mengatakan bahwa Teheran hendak membuat senjata nuklir.
Pejabat Iran mengatakan punya rencana B jika pencabutan sanksi tidak disepakati pada Senin waktu Wina. Salah satunya adalah mengandalkan strategi ekonomi mereka ke Rusia dan Tiongkok, dua anggota tetap Dewan Keamanan PBB.
"Tentu saja kami punya rencana B. Namun saya tidak bisa mengungkapkannya dengan rinci, tapi kami selalu punya hubungan baik dengan Rusia dan Tiongkok. Secara alami, jika perundingan nuklir gagal, kami akan meningkatkan kerja sama dengan sekutu kami dan memberikan mereka lebih banyak kesempatan di pasar potensial Iran," kata pejabat senior Iran kepada Reuters.
Tiongkok adalah pembeli terbesar minyak Iran dan satu dari sedikit negara yang menjalin kerja sama perdagangan dengan Teheran di tengah embargo dan sanksi ekonomi dari AS dan Eropa.
Sementara Rusia memiliki kerja sama persenjataan dengan Iran. Moskow juga membantu Iran dalam mengembangkan pembangkit tenaga nuklir dengan menyediakan sentrifugal dan transfer teknologi.
Namun kerja sama Iran dengan dua negara ini juga terancam terganggu.
Tiongkok mulai merongrong Iran dengan menuntut potongan harga yang besar di tengah harga minyak yang terus menurun. Sementara Rusia mulai tidak bisa diandalkan karena Moskow sendiri masih harus berjuang melawan sanksi Barat terkait krisis di Ukraina.
Kendati demikian, posisi Tiongkok dan Rusia yang kuat di Dewan Keamanan bisa dimanfaatkan Iran dalam membentengi diri mereka dari sanksi yang lebih besar, salah satunya dengan melancarkan veto.
"Beberapa pemimpin Iran percaya jika perundingan gagal, mereka bisa mengandalkan negara tetangga untuk mengakali sanksi dan bergantung pada kekuatan besar demi memotong pembatasan, tapi keberhasilan strategi ini masih belum dipastikan," kata Ali Vaez, pengamat senior Iran di International Crisis Group.
"Selain itu, Rusia dan Tiongkok berulangkali memihak Barat dengan mengisolasi Iran. Keduanya ragu perekonomian bisa pulih tanpa pembebasan sanksi, di tengah harga minyak yang turun," lanjut Vaez.
Baca juga:
Rusia Akan Bangun Reaktor Nuklir di IranAS Gagal Capai Kesepakatan Nuklir IranIAEA: Pasok Nuklir Iran Bertambah Banyak