Kairo, CNN Indonesia -- Aksi unjuk rasa merebak di hampir seluruh universitas di Mesir pada Minggu (30/11), memprotes keputusan pengadilan Mesir yang membebaskan mantan presiden Mesir Hosni Mubarak dari tuntutan pembunuhan 239 demonstran pada 2011 lalu.
Demonstran menilai, keputusan pengadilan ini memupuskan harapan akan sebuah era baru keterbukaan politik di Mesir.
Seperti dilaporkan
Reuters, ratusan demonstran berkumpul di Universitas Kairo dengan menunjukkan gambar Mubarak di balik jeruji besi dengan tulisan "jatuhkan rezim".
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara aparat kepolisian terlihat berjaga di gerbang kampus, berusaha menghalangi mahasiswa yang berusaha meluncurkan aksi protes hingga ke sejumlah jalan di luar kampus.
Di Tahir Square, daerah yang menjadi simbol pemberontakan untuk menggulingkan Mubarak pada 2011 lalu, aksi protes yang terjadi pada Sabtu (29/11) berujung rusuh. Dua orang tewas dan sembilan lainnya terluka ketika pasukan keamanan menembakkan gas air mata untuk membubarkan sekitar 1.000 pengunjuk rasa.
 Undang-undang baru yang dinilai membatasi kebebasan politik telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan aktivis bahwa Mesir akan kembali ke era Mubarak.(Reuters/Amr Abdallah Dalsh) |
Seperti dilaporkan kantor berita pemerintah Mesir,
Al-Ahram, petugas keamanan menutup stasiun kereta api Kairo, untuk mencegah massa memenuhi pusat kota.
Bentrokan juga meletus di Zagazig University di Delta Nil. Sebanyak 11 siswa ditahan setelah membakar sebuah gedung.
Pengadilan Mesir pada Sabtu (29/11) membebaskan Mubarak dan kroninya dari tuduhan pembunuhan demonstran yang melakukan aksi unjuk rasa pada 2011 lalu yang menuntut mundurnya pemimpin Mesir yang telah berkuasa selama lebih dari tiga dekade tersebut.
Padahal, sebanyak 239 pengunjuk rasa tewas dalam aksi unjuk rasa di Mesir pada 2011 lalu yang memantik gerakan revolusi Musim Semi Arab. Mubarak dan para kroninya diduga menjadi dalang dalam pembunuhan demonstran tersebut.
Keputusan pengadilan juga disambut protes keluarga korban. Di luar pengadilan, mereka membawa poster menggugat Mubarak dan foto dari para korban.
"Ini keputusan politis. Pengadilan telah menunda hingga empat tahun supaya dapat membersihkan kasus Mubarak. Saya masih menganggap anak saya, Ahmed, meninggal hari ini," ujar orang tua Ahmed Khaleefa, demonstran yang tewas dalam aksi protes pada 2011 silam.
Rezim Mubarak dinilai sebagai periode di mana otokrasi dan kapitalisme merajai Mesir. Paska Mubarak digulingkan, Mesir mengadakan pemilu bebas untuk pertama kalinya.
Namun, presiden Mesir terpilih dari pemilu tersebut, Mohamed Mursi, digulingkan tak lama setelah dia menjabat oleh panglima militer Abdel Fattah el-Sissi, yang hingga kini memimpin Mesir.
Pemerintah Mesir menahan Mursi dan ribuan pendukung Ikhwanul Muslimin hingga saat ini. Ratusan pendukung Mursi dijatuhi hukuman mati, langkah yang mengundang kecaman internasional.
Sebaliknya, sejumlah pejabat yang diduga termasuk dalam kroni Mubarak dibebaskan dari penjara.
Selain itu, undang-undang baru yang dinilai membatasi kebebasan politik telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan aktivis bahwa Mesir akan kembali ke era Mubarak.
Baca juga:
Mubarak Dibebaskan Pengadilan dari Tuntutan