Moskow , CNN Indonesia -- Kapal penangkap ikan Korea Selatan tenggelam di Laut Bering pada Senin (1/12) setelah dihantam cuaca buruk. Baru tujuh dari 60 awak kapal yang ditemukan selamat, sisanya masih dalam pencarian di tengah suhu udara di bawah nol derajat celcius.
Kim Kang-ho, juru bicara Sajo Industries, perusahaan pemilik kapal Oriong-501 yang tenggelam, mengatakan bahwa kapal pukat itu berlayar dari pelabuhan di Busan, Korea Selatan pada 10 Juli 2014 menuju Laut Bering, Rusia.
Pejabat di Kementerian Kelautan dan Perikanan Korea Selatan, dikutip dari Associated Press, mengatakan bahwa Oriong-501 tenggelam akibat badai dan ombak besar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ombak besar yang menghantam kapal itu membuat ruang penyimpanan Oriong-501 dibanjiri air.
Saat peristiwa itu, sinyal darurat di kapal Oriong-501 menyala. Namun kapal itu sendiri tidak mengirimkan sinyal SOS. Sepertinya, kata pejabat yang enggan disebutkan namanya itu, kapal pukat itu sudah dipenuhi air saat jaring penangkap ikan ditarik ke atas.
Menurut juru bicara Kementerian Kelautan dan Perikanan Rusia, kapal tersebut miring dan tenggelam sekitar pukul 5 sore waktu setempat di perairan dekat Anadyr, daerah otonomi Chukotka, wilayah Rusia timur jauh.
"Kapal miring perlahan, memaksa para awak meninggalkannya," kata jubir Kementerian Rusia.
Kapal seberat 1.753 ton itu diawaki sekitar 60 orang yang terdiri dari seorang pengawas dari Rusia, 11 awak Korea Selatan, 35 Indonesia dan 13 warga Filipina.
Tiga orang warga Indonesia termasuk dari tujuh awak yang berhasil selamat, sementara seorang kru dari Korea Selatan ditemukan tewas karena mengalami hypothermia. (Baca:
Suhu di Bawah Nol Derajat Tewaskan Awak Kapal Korsel)
Seorang pejabat di Sajo Industries mengatakan bahwa kapal itu memiliki delapan sekoci penyelamat, yang digunakan oleh delapan ABK yang ditemukan tim SAR.
Dia menambahkan, saat kapal kebanjiran air, kapten memerintahkan seluruh awak untuk menyelamatkan diri dan meninggalkan kapal.
Saat kapal tenggelam, lanjut dia, ombak mencapai tinggi lebih dari empat meter dan suhu air di bawah minus 10 derajat Celcius. (Baca:
Ombak Enam Meter Sulitkan Pencarian Kapal Korsel)
(Lihat lokasi tenggelamnya kapal Oriong-501 di
sini)
Kapal berumur 35 tahunKapal pukat Oriong-105 disebut telah berumur 35 tahun.
Carmelita Hartoto, Ketua Umum Indonesian National Shipowners Association, INSA, mengatakan usia tidak menentukan apakah kapal tersebut layak berlayar atau tidak.
"Kapal itu tidak tergantung dari usia kapal, tapi dari kelasnya. Jika kelasnya termasuk masih layak pakai, harusnya tidak ada masalah. Usia tidak terlalu berpengaruh," kata Carmelita kepada CNN Indonesia (2/12).
Menurut Carmelita, kapal terbagi menjadi dua kelas, yaitu internasional dan domestik.
"Tidak bisa memvonis kapal tenggelam karena usia. Kita harus melihat kondisi lainnya, seperti cuaca," ujar Carmelita.
Kim Kang-ho mengatakan Oriong-501 adalah satu dari lima kapal Korsel yang saat itu mencari ikan di wilayah Laut Bering, Rusia.
Rusia memperbolehkan kapal Korsel untuk memancing pollock, sauri pasifik, cumi-cumi dan ikan lainnya di perairan mereka sebagai bagian dari kesepakatan kerja sama dua negara.
Untuk penangkapan ikan tahun ini, Rusia memberikan Korsel kuota penangkapan ikan pollock sebanyak 40 ribu ton.
Baca juga:
Tiga ABK WNI yang Selamat Dalam Kondisi Baik