TAHANAN GUANTANAMO

Apa Kabar Hambali di Guantanamo?

CNN Indonesia
Selasa, 09 Des 2014 16:30 WIB
Hambali, pelaku bom malam Natal pada 2000 dan bom Bali pada 2002, merupakan tahanan Indonesia yang masih menjadi tahanan di Guantanamo hingga kini.
Hambali ditangkap pada operasi gabungan AS-Thailand pada 2003, lalu dikirim ke Guantanamo pada 2006. (Getty Images/Kepolisian Indonesia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Warga Indonesia, Hambali, merupakan satu dari 142 tahanan yang masih mendekam di penjara Guantanamo per Desember 2014.

Hambali yang memiliki banyak nama samaran, dianggap sebagai tahanan berisiko tinggi karena kedekatannya dengan petinggi al-Qaeda dan posisinya sebagai anggota senior Jemaah Islamiyah (JI) serta dituduh bertanggung jawab terhadap beberapa peristiwa pengeboman di Asia Tenggara, termasuk diantaranya bom malam Natal tahun 2000 dan bom Bali pada 12 Oktober 2002.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar, yang dihubungi CNN Indonesia pada Selasa (9/12), mengatakan bahwa ia berharap Hambali dikembalikan ke Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Semoga saja bisa diserahkan kembali ke kita, sehingga kita bisa melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait keterlibatannya dalam berbagai peristiwa terorisme dan yang lain-lain,” ujar Boy.

Tak jauh berbeda dengan Boy, pengamat terorisme Al Chaidar juga mengatakan Hambali akan lebih bermanfaat jika ia dikembalikan ke Indonesia.

“Lebih baik dia di Indonesia. Gerakan terorisme belum berakhir dan Hambali bisa bermanfaat untuk mengungkap jaringan-jaringan terorisme baik yang lama maupun yang sekarang yang ada di Indonesia,” kata Al Chaidar.

Beberapa tahanan Guantanamo, telah dibebaskan dan di pindahkan ke negara-negara yang mau menerima mereka. Namun kecil kemungkinan itu akan terjadi pada Hambali, yang ditahan di Guantanamo tanpa proses peradilan terlebih dahulu. (baca: Di Uruguay, Mantan Tahanan Guantanamo Bisa Hidup Bebas)

“Indonesia saja belum pernah mengadili Hambali, padahal ia terlibat dalam berbagai peristiwa pengeboman seperti bom malam Natal. Setahu saya, Hambali itu terbuka, sama seperti Ali Imron dan dia bisa berguna untuk membongkar jaringan (terorisme),” lanjut Chaidar.

Tahanan dengan Risiko Tinggi

Berdasarkan dokumen dari Depatemen Pertahanan Amerika Serikat yang dibocorkan oleh Wikileaks, Hambali yang bernama asli Riduan Isomuddin, lahir di Cianjur pada 1964 dan memiliki beberapa nama samaran seperti Encep Nurjaman, Hambali al-Malaysi, Mizi, Zaman, Alejandro Davidson Gonzalez, Hendrawan, Kahar, Muzabkar dan Halim Osmann.

Hambali diidentifikasi sebagai tahanan dengan risiko tinggi yang bisa mengancam AS, kepentingan AS dan sekutu AS.

Dalam dokumen itu, Hambali disebutkan menyelesaikan sekolahnya di Sekolah Islam Allanah di Cianjur, lalu pindah ke Malaysia pada 1985, di mana ia menikah dengan perempuan Malaysia.

Di Malaysia, ia direkrut di masjid di Malaysia oleh Abdullah Sungkar dan kemudian berlatih di Afghanistan.

Sekembalinya dari Afghanistan, Hambali mempromosikan gerakan ekstremisme di wilayah Asia Tenggara. Ia memiliki jaringan dengan kelompok ekstrem di Asia mulai dari JI, kelompok esktrem di Filipina, Bangladesh, Thailand hingga Ambon.

Ia menjadi buron setelah pengeboman malam Natal tahun 2000 di Indonesia dan beberapa kali pindah ke Malaysia, Pakistan, Sri Lanka dan Thailand.

Ia ditangkap pada 14 Agustus 2003 di Thailand lewat operasi gabungan antara Thailand dan AS hingga akhirnya ditransfer ke penjara Guantanamo pada 4 September 2006.

Baca juga:
Guantanamo, dari Tanah Sewa ke Penjara
Proses Peradilan bagi Tahanan Guantanamo
Hidup Baru Mantan Tahanan Guantanamo

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER