Genewa, CNN Indonesia -- Ditengah penurunan kepercayaan pada agama secara global, beberapa pemerintah negara meningkatkan upaya membuat kaum ateis dan sekular sebagai ancaman pada masyarakat atau teroris.
Studi yang dilakukan oleh Serikat Humanis dan Etik Internasional, IHEU, merujuk pada "kampanye kebencian" yang diluncurkan oleh tokoh-tokoh ternama terhadap mereka yang mengecam agama dominan atau negara di negra-negara Islam seperti Arab Saudi, Malaysia dan Mesir.
Laporan studi uni menyebut "begitu banyak negara tidak menghormati hak-hak kaum ateis dan pemikir bebas" seperti yang dicanangkan dalam traktat PBB.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
IHEU menambahkan bahwa 13 negara, yang semuanya negara Islam, menetapkan kemurtadan dan penghinaan agama sebagai kejahatan yang diancam dengan hukuman mati.
Di beberapa negara, seperti Rusia yang ideologi komunis kini telah diganti dengan kepercayaan Kristen Ortodoks yang mendominasi revolusi Bolshevik pada 1917, pernyataan terbuka pandangan ateis bisa disamakan dengan penghinaan agama dan merupakan pelanggaran hukum.
"Laporan Kebebasan Berpikir", yang diterbitkan setiap tahun bersamaan dengan Hari Hak Asasi Manusia Internasional pada 10 Desember, menyebut bahwa satu tahun terakhir ini diwarnai dengan peningkatan jumlah pejabat dan pemimpin politik yang menyerang warga tak beragama "dalam bentuk yang biasanya diasosiasikan dengan pidato kebencian".
Laporan ini juga mengatakan perilaku ini menyebar luas di negara-negara Islam dimana para pegiat yang tertarik dengan filosofi non-agama menjadi motor dalam kebangkitan "Arab Spring".
Satu hukum Arab Saudi tentang terorisme yang diberlakukan pada Januari melarang "menyitir segala bentuk pemikiran ateis, atau mempertanyakan dasar-dasar agama Islam," tulis laporan itu, sementara presiden Turki Tayyip Erdogan menyamakan ateisme dengan terorisme.
Pada Mei, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak menyebut humanisme, sekularisme dan liberalisme sebagai "menyimpang" dan satu "ancaman pada Islam dan negara."
Di Mesir, pemerintah baru yang didukung oleh militer menggambarkan ateisme sebagai "ancaman terhadap masyarakat".
Bahkan di sejumlah negara Barat, pemerintah telah bergerak memperkuat posisi istimewa agama dalam masyarakat.
Di Inggris, Menteri Pendidikan menarik ateisme dan humanisme dari studi agama di sekolah negeri.
IHEU mengatakan jajak pendapat global selama dua tahun memperlihatkan 13 persen penduduk global sebagai ateis sejati, sementara 23 persen menyatakan diri "tidak beragama".
(yns)