Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga riset terorisme Amerika, TRAC (Terrorism Research and Analysis Consortium) dan think tank Quilliam dari Inggris, mengeluarkan laporan terkait video pemenggalan sanders yang dilakukan oleo ISIS pada November lalu.
Hasil penelitian TRAC dan Quilliam itu mengejutkan, karena mereka mengatakan warga Indonesia merupakan salah satu dari 22 militan ISIS yang memenggal para sandera.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar, ketika dihubungi CNN Indonesia pada Rabu (10/12), mengatakan ia belum bisa mengkonfirmasi informasi tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kita tidak mengetahui siapa mereka karena memang berasal dari berbagai negara. Tentunya diperlukan penyelidikan lebih lanjut terkait laporan itu, tapi memang belum bisa dipastikan,” ujar Boy.
Ini bukan kali pertama kabar soal warga Indonesia yang ikut bergabung dengan ISIS di Irak dan Suriah. Menurut Boy, sejauh ini pihaknya memang sudah mengetahui banyak warga Indonesia yang menjadi militan ISIS.
“Memang ada hampir 100 warga Indonesia yang bergabung dengan ISIS ke Suriah dan Irak,” kata Boy.
Mayoritas militan itu, menurut Boy, biasanya pergi ke luar negeri sebagai pelancong dan tidak langsung menuju ke Irak atau Suriah, sehingga sulit untuk mendeteksi dan melakukan pencegahan.
“Mereka berangkat bisa jadi ke Malaysia atau misalnya ke Turki dulu, sehingga sulit untuk diidentifikasi sebelum keberangkatan,” Boy menjelaskan.
Taufik Andrie, pengamat terorisme dari Yayasan Prasasti Perdamaian, mengatakan meski sudah banyak warga Indonesia yang bergabung dengan ISIS, berita bahwa warga Indonesia yang terlibat langsung aksi pemenggalan baru kali ini terjadi.
“Berita bahwa terdapat warga Indonesia menjadi eksekutor pemenggalan baru kali ini terjadi. Tapi harus dicek lebih lanjut soal identitas secara jelas, mengingat dalam video terlihat wajah-wajah Asia Tenggara yang memang mirip. Jadi belum tentu benar,” kata Taufik.
Mengingat jarak Indonesia yang relatif jauh dari Irak dan Suriah, jumlah warga Indonesia yang bergabung dengan ISI relatif besar. Ini, menurut taufik, dikarenakan motivasi mereka untuk langsung berjihad.
“Mereka mengartikan jihad memang dalam konsep artifisial. Mereka melihat perang Suriah adalah perang akhir jaman dan mereka harus menjadi saksi dan pelaku sejarah. Sementara di Indonesia, dengan situasi yang aman, tidak ada konflik berdarah, sulit bagi mereka untuk langsung mempraktekkan jihad yang mereka pelajari,” papar Taufik.
Selain dari Indonesia, TRAC dan Qulliam mengungkapkan bahwa pelaku pemenggalan dalam video ISI juga berasal dari Malaysia, Filipina, Australia, Inggris, Swiss, Belgia dan Jerman.
Baca juga:
Diduga Ada WNI dalam Video Pemenggalan ISIS