PEMBERONTAK FILIPINA

Bom di Bus, 10 Tewas di Filipina Selatan

CNN Indonesia
Rabu, 10 Des 2014 18:58 WIB
Sebuah bom meledak di Filipina Selatan, menewaskan sepuluh orang. Bom disebut ditujukan untuk merusak proses perjanjian dama pemberontak dengan pemerintah.
Militer Filipina mengatakan bom bertujuan untuk menggagalkan proses perdamaian antara pemberontak Moro dan pemerintah Filipina. (Reuters/Philippine National Police/Handout)
Manila, CNN Indonesia -- Sebuah bom meledak di Filipina selatan menewaskan 10 penumpang bus, yang sebagian besar adalah pelajar dan melukai 42 lainnya.

Menurut pejabat militer Filipina pada Rabu (10/12), serangan itu dimaksudkan untuk menggagalkan perjanjian damai dengan pemberontak Muslim.

Filipina menandatangani perjanjian damai dengan kelompok pemberontak Muslim terbesar di wilayah Selatan, Front Pembebasan Islam Moro (MILF), pada Maret, yang diharapakan bisa mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama empat dekade dan menewaskan lebih dari 120 ribu orang dan menelantarkan 2 juta lainnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para pemberontak sepakat untuk membubarkan tentara gerilyawan mereka dan menyerahkan senjata mereka dalam pertukaran untuk otonomi lebih di wilayah Filipina selatan yang didominasi Muslim.

Sebuah pemerintahan otonom sebagai implementasi perjanjian damai diharapkan akan dibentuk tahun depan.

Sebuah kelompok pemberontak sempalan, Pejuang Pembebasan Bangsamoro Islam (BIFF), bertanggung jawab atas serangan hari Selasa (9/12), seorang komandan militer senior mengatakan kepada Reuters dan menambahkan bahwa para pemberontak yang bertanggung jawab baru saja mendapat pelatihan menggunakan bom di pulau Mindanao, Filipina selatan.

"Mereka ingin merusak proses perdamaian," kata komandan itu, menuduh para pemberontak menentang kerangka hukum untuk otonomi, Undang-Undang Dasar Bangsamoro.

"Ini adalah tindakan terorisme," tambahnya, yang menolak untuk diidentifikasi karena ia tidak memiliki wewenang untuk berbicara kepada media.

Pejabat militer lainnya mengatakan BIFF menentang pakta pemerintah dengan para pesaingnya.

Para pemberontak menggunakan sebuah mortir 81 mm yang diledakkan lewat telepon seluler, lanjut komandan militer. Menurutnya, metode itu biasa digunakan ole murid Abdul Basit Usman. Departemen Luar Negeri AS telah menawarkan hadiah sebesar US$1 juta bagi yang memberikan informasi keberadaan Usman.

Seorang juru bicara BIFF menolak pernyataan militer yang mereka anggap memfitnah mereka.

“Mengebom warga sipil tidak akan menguntungkan kami,” kata Abu Misri Mama.

Motif pemerasan belum dikesampingkan, karena perusahaan bus telah menghadapi ancaman sebab menolak membayar ‘pajak’ kepada pemberontak, kata Letnan Jenderal Aurelio Baladad, komandan militer di sebvalah timur Mindanao.

“Al Khobar, geng yang sering terlibat aksi pemerasan, telah mengebom beberapa bus karena menolak untuk menuruti permintaan mereka," tambahnya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER