Washington, D.C, CNN Indonesia -- Presiden Barack Obama dipersalahkan banyak pihak soal laporan intelijen Senat tentang metode investigasi kejam CIA yang dibuat oleh mayoritas komite dari Partai Demokrat.
Obama kini seperti terjebak di antara CIA dan sekutu Demokrat sendiri. Pasalnya, laporan intelijen tersebut mengindikasikan Gedung Putih ikut membantu menutupi metode penyiksaan tersebut.
Sesaat setelah laporan intelijen Senat dirilis, Obama menyatakan bahwa laporan tersebut memperkuat alasannya untuk tak menyetujui tindak penyiksaan yang dilakukan CIA.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Metode penyiksaan tidak konsisten dengan nilai-nilai kita sebagai bangsa. Penyiksaan bukan merupakan upaya melawan terorisme dan tidak membantu keamanan nasional," kata Obama dalam pernyataan resmi, seperti dikutip dari CNN, Selasa (9/12).
Meskipun tak setuju dengan metode penyiksaan, Obama mengisyaratkan negaranya harus melupakan kejadian ini dan berubah. Laporan intelijen Senat AS tampaknya tak akan menyeret para pelaku penyiksaan tersangka teroris ke pengadilan.
Senator Mark Udall dari Colorado, seorang Demokrat mengkritik keputusan Obama untuk tidak mengadili pelaku penyiksaan dan berdamai dengan kesalahan adalah upaya tutup mata dari Gedung Putih.
"CIA akan terus memberikan informasi yang tidak akurat untuk menggambarkan penyiksaan. Dengan kata lain, CIA akan terus berbohong," kata Udall, seperti dikutip dari The New York Times, Rabu (10/12).
Sementara, Obama menyatakan dia memahami bahwa petugas intelijen CIA sangat berat dalam menangkap tersangka teroris dunia.
"Petugas intelijen CIA telah melakukan pekerjaan yang sangat sulit dan mereka melakukannya dengan sangat baik. Namun, memutuskan untuk menerapkan penyiksaaan merupakan langkah yang diambil tanpa pemikiran panjang," kata Obama.
Baca juga:
CIA Gunakan Ancaman Seksual untuk InterogasiSerupa dengan pernyataan Obama, juru bicara Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indoesia, John Johnson, juga menyatakan bahwa metode penyiksaan bertentangan dengan nilai-nilai yang dijunjung Amerika Serikat.
"Oleh karenanya, hal pertama yang dilakukan oleh Obama setelah mendengar laporan tersebut adalah menandatangai Perintah Eksekutif untuk melarang metode interogasi dengan penyiksaan," kata Johnson, ketika dihubungi oleh CNN Indonesia, Kamis (11/12).
Meskipun menentang metode penyiksaan yang dilakukan CIA terhadap para tersangka teroris, hingga kini ratusan tersangka teroris masih mendekam di dalam penjara Guantanamo, Kuba. Sebagian besar bahkan tanpa melalui proses peradilan.
Sebelumnya, Obama pernah berjanji pada 2009 lalu bahwa penjara Guantanamo dalam waktu satu tahun. Namun, hingga ini, janji Obama tersebut belum dapat dipenuhi, karena tak mendapat persetujuan dari Senat.
Baca juga:
Senat AS Tolak Tutup GuantanamoSementara, Johnson menolak memberikan komentar tentang janji Obama untuk menutup pusat penahanan teroris, penjara Guantanamo.
Johnson juga menolak berkomentar tentang nasib para tahanan di penjara tersebut, termasuk Hambali, WNI tersangka teroris yang dekat dengan petinggi al-Qaidah dan diduga merupakan dalang serangkaian serangan bom di Indonesia, seperti bom malam Natal tahun 2000 dan bom Bali pada 2002.
"Kami tidak akan berkomentar atau memberikan kesimpulan tentang laporan intelijen Senat atau respon CIA," kata Johnson.
Baca juga:
Apa Kabar Hambali di Guantanamo?Penangkapan Hambali Bukan Hasil Metode Penyiksaan CIA