Yerusalem, CNN Indonesia -- Israel berharap Amerika Serikat akan memveto setiap gerakan di PBB yang menetapkan kerangka waktu untuk penarikan pasukannya dari wilayah Palestina.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry akan bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Roma pada Senin (15/12) guna membahas berbagai usulan untuk pembentukan negara Palestina yang beredar di PBB.
Dari pertemuan itu, Kerry akan melakukan perjalanan ke Paris untuk melakukan pembicaraan dengan sekutunya di Eropa dan kemudian ke London untuk bertemu kepala perunding Palestina Saeb Erekat dan delegasi dari Liga Arab, yang akan mendesak Amerika Serikat agar tidak menggunakan hak vetonya di Dewan Keamanan PBB untuk memblokir draf proposal negara Palestina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbagai pertemuan itu diatur dengan tergesa-gesa karena AS untuk membentuk draf proposal baru terkait konflik Palestina-Israel sebelum pemilu Israel pada Maret 2015.
Jordan telah mengedarkan rancangan resolusi Palestina kepada 15 anggota Dewan Keamanan PBB yang berisi desakan agar Israel mengakhiri pendudukannya dari wilayah Palestina pada November 2016.
Perancis, Inggris dan Jerman sedang mendiskusikan proposal lain, tetapi seorang pejabat senior AS mengatakan tidak ada konsensus di antara mereka dan Amerika Serikat belum diminta untuk mengambil posisi.
Setelah pertemuan pemimpin Palestina yang diadakan oleh Presiden Mahmoud Abbas di Ramallah, Palestina mengatakan mereka akan menyerahkan rancangan resolusi kepada Dewan Keamanan PBB setelah Kerry bertemu dengan Liga Arab.
Di sisi lain, Menteri Israel Urusan Strategis Yuval Steinitz mengatakan kepada wartawan: “Saya menganggap proposal anti-Israel akan diveto oleh AS. Itulah yang selalu terjadi dan itulah apa yang kami harapkan akan terjadi.”
Namun berbeda dengan pernyataan itu, Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman, berbicara di Army Radio, mengatakan tampaknya Amerika Serikat "tidak ingin menggunakan hak vetonya" pada isu negara Palestina tetapi mencari "koordinasi maksimal" dengan Netanyahu.
Netanyahu dan Washington telah sering berbeda pendapat dalam beberapa waktu terakhir terkait permukiman Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Hal ini telah memunculkan spekulasi bahwa PBB menjadi frustasi dan karena itu akan melunak terhadap solusi pengakuan negara Palestina.