New York, CNN Indonesia -- Beberapa hari terakhir, sebuah cerita soal seorang pemuda pialang saham berusia 17 tahun yang sukses meraup untung hingga US$72 juta atau lebih dari Rp910 miliar menjadi populer di media sosial setelah diangkat sebuah majalah asal New York, Amerika Serikat.
Namun belakangan, pemuda itu mengakui bahwa semua berita itu bohong. Media AS tertipu mentah-mentah.
Kisah Mohammed Islam, pemuda keturunan Bangladesh ini dimuat pertama kali oleh New York Magazine pada Minggu lalu (14/12) dan dikutip oleh banyak media-media besar, salah satunya New York Post.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disebutkan bahwa pemuda dari Queens itu menghasilkan jutaan dollar dengan berdagang saham saat istirahat makan siang di SMA Stuyvesant. Pemuda yang oleh New York Magazine disebut pemalu ini membeli mobil BMW, namun belum punya SIM.
Dia juga disebut membeli sebuah apartemen mewah di Manhattan, walau orangtuanya tidak mengizinkan pindah rumah. Selain itu, kepada wartawan dia juga mengaku menraktir kawan-kawannya
caviar seharga Rp5 juta di restoran mewah.
Namun belakangan, Islam mengatakan bahwa dia juga heran mengapa muncul pemberitaan seperti itu.
New York Observer dalam situsnya Selasa lalu mewawancarai Islam yang mengatakan bahwa dia tidak pernah mengatakan ia memiliki uang jutaan dollar ataupun sukses dalam investasi.
Yang dia lakukan selama ini adalah bermain saham dalam simulasi pialang. Dalam simulasi tersebut, dia berhasil memenangkan uang US$72 juta, bukan uang sesungguhnya.
"Bisa saya sampaikan bahwa itu adalah simulasi perdagangan dan saya sangat sukses," kata Islam.
New York Magazine langsung mengeluarkan permintaan maaf pada para pembacanya. Awalnya, New York Magazine menyebutkan angka US$72 juta sebagai nilai riil, namun belakangan media itu menggantinya bahwa itu hanya "rumor".
"Kami tertipu. Proses pemeriksaan fakta kami jelas tidak mencukupi, kami bertanggung jawab dan seharusnya kami tahu lebih banyak. New York meminta maaf kepada pembacanya," tulis media tersebut.
Islam juga mengaku terganggu dengan pemberitaan tersebut. Orang tuanya memarahi dan tidak berbicara dengannya setelah artikel itu muncul. Dia bahkan terpaksa tinggal di rumah temannya.
"Mereka tidak lagi percaya saya. Mereka tahu bahwa itu salah. Intinya mereka ingin membunuh saya dan mereka tidak berbicara dengan saya setelah itu," kata Islam.
"Saya meminta maaf atas kesalahpahaman dan kerugian yang saya buat," lanjut dia.