Islamabad, CNN Indonesia -- Kepala Staf Angkatan Darat Pakistan menyatakan telah menandatangani surat perintah hukuman mati bagi enam anggota militan garis keras. Langkah ini menyusul serangan Taliban ke Sekolah Negeri Angkatan Darat di Peshawar, yang menewaskan 132 siswa pada awal pekan ini.
Belum jelas apakah keenam militan yang dimaksud terlibat dalam serangan di Peshawar, atau kejahatan lainnya. Belum jelas juga apakah para militan tersebut kini berada di tahanan atau telah dijatuhi hukuman
in absentia.
"Kepala Staf Angkatan Darat telah menandatangani surat perintah hukuman mati bagi enam anggota militan garis keras, yang akan dieksekusi oleh Pengadilan Militer, atau FGCM, sesuai dengan hukum," bunyi pernyataan dari militer Pakistan, dilansir dari Reuters, Kamis (18/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga saat ini, juru bicara militer menolak untuk memberikan informasi lengkap terkait identitas para militan.
Pemerintah Pakistan memutuskan mencabut hukuman mati bagi para pelaku kejahatan melalui moratorium tak resmi pada tahun 2008.
Sejak itu, hanya satu orang dijatuhi hukuman mati, yaitu seorang tentara yang membunuh rekan militernya.
Namun, serangan di Peshawar yang menunjukkan keganasan Taliban membuat pemerintah Pakistan bertindak tegas dan mengaktifkan kembali peraturan hukuman mati.
Serangan di Sekolah Negari Angkatan Darat di Peshawar menewaskan 132 siswa berusia antara 10-20 tahun, dan sembilan staf sekolah.
Juru bicara Taliban, Muhammad Umar Khorasani, mengaku kelompoknya bertanggung jawab atas penyanderaan ini.
Khorasani mengatakan serangan Taliban ke jantung militer Pakistan ini merupakan aksi balasan atas operasi militer pemerintah terhadap para gerilyawan di penjuru Pakistan.
Pada Rabu (17/12), Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif mengatakan eksekusi hukuman mati akan kembali dilanjutkan, dengan sekitar 8.000 tahanan menunggu eksekusi hukuman mati.
Namun, proses pengadilan Pakistan terkenal lambat dan tidak dapat diandalkan.