DERITA ANAK

Ada 10 Ribu Tentara Anak di Republik Afrika Tengah

CNN Indonesia
Jumat, 19 Des 2014 17:29 WIB
Anak-anak di CAR banyak yang terpaksa angkat senjata demi mendapatkan makanan, pakaian dan uang. Tidak jarang mereka diturunkan di garis depan peperangan.
Anak-anak di CAR banyak yang terpaksa angkat senjata demi mendapatkan makanan, pakaian dan uang. Tidak jarang mereka diturunkan di garis depan peperangan. (Getty Images/Chris Hondros)
CNN Indonesia -- Diperkirakan ada 10 ribu anak yang direkrut menjadi tentara selama konflik bersenjata terjadi di Republik Afrika Tengah, CAR, seperti dilaporkan oleh lembaga Save the Children, Kamis (19/12)

Dalam laporannya, lembaga ini mengatakan bahwa beberapa dari anak itu diculik atau dipaksa bergabung dengan kelompok bersenjata. Sementara anak lainnya terpaksa bergabung demi mendapat makanan, pakaian, uang dan perlindungan.

Beberapa di antara mereka angkat senjata karena ditekan oleh kawan-kawan atau orang tua, untuk melindungi komunitas atau balas dendam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Setiap pagi kami berlatih keras, merangkak di dalam lumpur. Mereka ingin kami menjadi kejam, tanpa rasa ampun," kata seorang mantan tentara anak, Grace a Dieu, yang bergabung dengan kelompok bersenjata pada Desember 2012 saat usianya 15 tahun, dikutip Reuters.

Tentara paling kecil diketahui berusia delapan tahun, mereka berperang, memanggul logistik, dan berada di garis depan. Save The Children mengatakan anak-anak ini seringkali mengalami penyiksaan fisik dan mental dari militan, beberapa dipaksa untuk membunuh orang.

"Saat berperang, kami, anak-anak, yang sering diturunkan ke garis depan, sementara yang lain tinggal di belakang. Saya melihat banyak saudara-saudara saya terbunuh saat bertempur," kata Dieu yang menggunakan nama samaran demi keselamatannya.

Tentara anak di Republik Afrika Tengah diturunkan di garis depan pertempuran. (Ilustrasi/Getty Images/Chris Hondros)
Save the Children juga mengatakan, dengan menyaksikan atau bahkan membunuh atau melakukan kekejaman lainnya akan membuat anak-anak menderita ketakutan, keretasakan, depresi, tertekan dan merasa tidak aman.

Lembaga ini mengatakan bahwa pemerintah CAR, tentara penjaga perdamaian PBB dan negara-negara pengirim tentara lainnya harus mencegah anak-anak menjadi tentara.

"Mereka harus menjelaskan pada kelompok bersenjata bahwa sangat penting melindungi anak-anak. Namun, banyak sekali kelompok militan di CAR dan setiap kelompok punya struktur komando yang unik, jadi banyak yang harus dikerjakan," kata Julie Bodin, manajer perlindungan Save the Children.

Pemerintah CAR tidak bisa dihubungi untuk menanggapi laporan ini.

Perang saudara di CAR terjadi saat kelompok pemberontak Muslim Seleka menguasai negara yang mayoritas Kristen itu pada Maret 2013. Kelompok militan Kristen 'anti-balaka' melakukan perlawanan dengan melakukan pembunuhan dan pembantaian.

Lebih dari 3.000 orang terbunuh sejak Desember 2013. PBB memperkirakan 2,5 juta orang atau setengah dari populasi membutuhkan tempat tinggal, makanan dan minuman, perawatan kesehatan dan pendidikan.

Sebanyak 80 persen masyarakat yang meninggalkan rumahnya adalah wanita dan anak-anak. Dua dari lima anak di CAR butuh bantuan kemanusiaan.

"Banyak anak di negara ini melalui hal-hal yang, jangan anak-anak, orang dewasa saja tidak sanggup melaluinya. Mereka menyaksikan kehilangan orang terkasih, melihat rumah mereka hancur, dan berusaha bertahan hidup di kondisi yang berat di semak-semak selama berbulan-bulan," kata Bodin.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER