JUGUN IANFU

Muat Artikel Jugun Ianfu Salah, Asahi Minta Maaf

CNN Indonesia
Selasa, 23 Des 2014 02:42 WIB
Harian Asahi Shimbun berjanji melakukan perubahan fundamental setelah menerbitkan artikel soal jugun ianfu di Korea Selatan yang salah pada 1990-an.
Perempuan Melayu dan Tiongkok yang dipaksa menjadi jugun ianfu oleh Jepang ketika perang dunia II hanya sebagian dari perempuang Asia yang dipaksa militer Jepang menjadi perempuan penghibur di masa Perang Dunia II. (wikimedia created by the United Kingdom Government)
Tokyo, CNN Indonesia -- President koran Liberal terkemuka Jepang berjanji untuk melakukan perubahan fundamental setelah liputan mengenai kaum perempuan yang dipaksa menjadi budak sex atau jugun ianfu, ketika Perang Dunia II dikritik keras satu laporan.

Asahi Shimbun memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menarik artikel salah mengenai "wanita penghibur" atau kaum perempuan yang dipaksa bekerja di lokalisasi Jepang saat PD II, dan terus dikritik oleh kelompok koservatif Jepang, dan menjadi sasaran pelecehan dan ancaman serangan.

Satu laporan yang dibuat panel akademisi dan pakar industri yang dibentuk oleh koran ini menyebutkan bahwa penanganan isu ini merupakan "pelanggaran atas kepercayaan pembaca." 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akan tetapi, laporan itu menyebut ancaman yang dihadapi oleh Asahi bisa membahayakan demokrasi di Jepang.

Agustus lalu koran ini menarik kembali artikel yang diterbitkan pada 1980-an dan 1990-an yang ditulis berdasarkan kesaksian seorang pria Jepang - yang kemudian diketahui palsu - yang menggambarkan kaum perempuan di pulau Jeju, Korea, dipaksa bekerja di lokalisasi pelacuran.

Isu terkait jugun ianfu ini tetap menjadi sorotan dalam hubungan antara Jepang dan Korea Selatan.

Laporan panel ini menyebut Asahi gagal mengambil langkah untuk memverifikasi kesaksian pria Jepang itu meski validitas pernyataanya kemudian dipertanyakan.

Asahi memiliki kedudukan unik di antara koran-koran terkemuka Jepang karena pandangan liberalnya, bertolak belakang dengan harian Mainichi yang moderat dan Yomiuri dan Sankei yang konservatif dan seringkali menyuarakan kembali posisi pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe.

"Ijinkan kami meminta maaf sedalam-dalamnya karena menyebabkan masalah dan keprihatinan terkait liputan perempuan penghibur," ujar Masataka Watanabe, presiden Asahi, ketika menerima laporan dari seorang anggota panel.

"Saya berjanji akan melaksanakan reformasi untuk membangun kembali Asahi Shimbun dari bawah." 

Laporan ini menyebut kegagalan Asahi memperbaiki atau menarik artikel yang dipertanyakan itu sebagai "kesalahan kritis".

Artikel ini diterbitkan sebagai tulisan berseri pada Maret 1997.

Akan tetapi, laporan panel itu juga mengatakan ancaman yang diterima koran ini sejak artikel tersebut diterbitkan sebagai berbahaya.

"Kami mengerti bahwa pegawai Asahi dan agen-agen penjualnya berada dalam posisi sulit karena menjadi sasaran ancaman jahat dan pelecehan," tulis laporan tersebut.

"Kami ingin menekankan risiko perilaku ini yang bisa menghancurkan demokrasi Jepang."

Perdana Menteri Shinzo Abe mengatakan bahwa artikel Asahi yang salah ini telah menodai citra Jepang di mata internasional, tetapi laporan panel tersebut menyimpulkan bahwa artikel Asahi tidak berdampak besar pada masyarakat internasional.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER