HUBUNGAN AS-KUBA

Era Baru Hubungan Negeri Cerutu dan Paman Sam

CNN Indonesia
Selasa, 30 Des 2014 12:04 WIB
Kuba dan AS akan menjelang era baru masa depan hubungan kedua negara yang diharapkan dimulai tahun 2015 mendatang.
Seorang pria melintas di depan mural Che Guevara di Havana, Kuba. (Reuters/Stringer)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tanggal 17 Desember 2014 mungkin menjadi tanggal yang akan selalu diingat rakyat Kuba dan Amerika Serikat.

Tanggal tersebut menjadi bersejarah karena kedua pemimpin negara tersebut, Raul Castro dan Barack Obama, sepakat untuk mengakhiri permusuhan yang telah berlangsung selama lebih dari lima dekade.  

Implementasi keputusan Obama dan Castro itu, diharapkan akan dimulai tahun depan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

AS dan Kuba merupakan musuh lama. Amerika Serikat memutuskan hubungan diplomatik dengan Kuba pada Januari 1961, sekitar dua tahun setelah pemimpin Kuba, Fidel Castro, menggulingkan rezim pemerintahan Fulgencio Batista dan menjalin hubungan dengan Uni Soviet.

Setahun kemudian, presiden AS saat itu, John F Kennedy memberlakukan embargo ekonomi kepada Kuba dan melarang warganya mengunjugi negara cerutu tersebut. Hubungan keduanya kemudian diperburuk dengan krisis rudal Kuba pada 1962 dan perang mata-mata pada dekade 1990-an.

Namun sejak tampu pemerintahan Kuba bergeser dari Fidel Castro ke adiknya, Raul Castro sejak 2008 silam, hubungan Washington dan Havana kembali menguat.

Pada April 2013, ketika menghadiri pemakaman Nelson Mandela, Presiden AS Barack Obama dan Raul Castro terlihat berjabat tangan.

Pada musim semi 2013, Obama melakukan pembicaraan rahasia dengan Castro. Pembicaraan tersebut kemudian berlanjut selama beberapa bulan berikutnya tanpa diketahui publik.

Setelah berdiskusi selama 18 bulan, dengan ditengahi oleh Kanada dan Vatikan, pembahasan perundingan damai AS dan Kuba berujung pada hubungan telepon Obama dan Castro yang berlangsung satu jam, pada Selasa (16/20).

“Saya mengakhiri kebijakan yang kaku dan kuno dalam mengisolasi Kuba, yang telah gagal mencapai perubahan di pulau itu,” kata Obama dalam pidatonya, seperti ditulis Reuters, Rabu (17/12).

Sementara di waktu yang sama, Castro juga mengumumkan normalisasi hubungan kedua negara tersebut.

"Kita perlu belajar untuk hidup bersama dengan cara yang beradab, dengan perbedaan-perbedaan kita," kata Castro dalam pidato televisi, yang disambut warga Kuba.

Ketika mengumumkan normalisasi hubungan kedua negara, Obama dan Castro sepakat untuk melakukan pertukaran tahanan.  Kuba membebaskan dua tahanan AS, yaitu Alan Gross, seorang pekerja AS yang sudah mendekam di penjara Kuba selama lima tahun dan seorang mata-mata AS yang tak diungkap identitasnya.

Sementara AS membebaskan Gerardo Hernández, Ramón Labañino, Fernando González, Antonio Guerrero dan Rene Gonzalez, yang telah menjalani masa tahanan lebih dari satu decade di AS. Saat tiba di Kuba, kelimanya disambut bagai pahlawan dan dijuluki The Cuban 5.

Menuai Pro dan Kontra
Pelarian dari Kuba yang banyak menetap di Miami, memprotes keputusan Obama untuk berbaikan dengan Kuba karena tidak mempercayai rezim Castro. (Reuters/Javier Galeano)

Normalisasi hubungan AS dan Kuba disambut suka cita warga Havana, Kuba. Warga tampak turun ke jalan, dengan aura kebahagiaan menyebar ke penjuru Kuba. Pidato Obama dan Castro yang dilakukan secara serentak menjadi berita utama di sejumlah media lokal selama lebih dari satu pekan.

“Ini adalah kabar dan kado Natal terbaik dalam abad ini. Kegembiraan ini tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Hanya warga Kuba dan keturunannya yang dapat merasakan kebahagiaan ini,” kata José Antonio Pérez, pakar manajemen perdagangan asing, seperti dilansir dari Granma, media lokal yang dikelola oleh Partai Komunis Kuba, Jumat (19/12).

“Berita ini memberikan dampak psikologis yang kuat kepada semua warga Kuba karena kami telah menunggu hari bahagia ini selama bertahun-tahun dalam ketidakpastian,” kata Randy Perez, warga Kuba yang berprofesi sebagai pegawai bank, kepada  kantor berita Kuba, Prensa Latina, Selasa (23/12).

Namun di Miami, AS, di mana populasi imigran Kuba cukup besar, terjadi silang pendapat antara generasi muda Kuba yang baru datang ke AS dengan generasi tua yang telah menetap di AS selama puluhan tahun.

“Saya mewakili generasi Kuba yang sangat tertarik pada masa depan Kuba. Menurut kami, hari-hari baik untuk Kuba telah datang. Rakyat Kuba harus berhenti menjadi pion catur,” kata George Davila, warga Miami keturunan Kuba, kepada CNN, Kamis (18/12).

Sementara Walikota Miami, Tomas Pedro Regalado, yang datang dari Kuba ke Amerika pada era 1960-an, menyatakan Kuba kemungkinan akan menahan lebih banyak orang dan melakukan pelanggaran HAM lebih parah setelah kebijakan ini.

“Terdapat sejarah panjang mengapa orang-orang di sini merasa marah, mereka adalah orang-orang yang pernah tersakiti,” kata John Losada, yang telah tinggal di pengasingan sejak 1960an, Kamis (18/12).

Tak hanya warga Miami, kritik juga datang dari politisi AS. Sejumlah politisi dari Partai Republik dan Demokrat menyatakan pendapat yang berbeda soal normalisasi hubungan Washington-Havana.

“Obama adalah negosiator terburuk yang pernah kita miliki di Gedung Putih,” kata Marco Rubio, anggota Senat keturunan Kuba dari Partai Republik untuk wilayah Florida, seperti ditulis CNN, Rabu (17/12).

Politisi Republik keturunan Kuba lainnya, Ted Cruz juga mengkritisi kebijakan Obama untuk berdamai dengan Castro.

"Ini seperti memberikan jalan keluar bagi ekonomi Kuba yang tengah melemah di bawah kepemimpinan Castro. Ini adalah kesalahan serius," kata Cruz, Rabu (17/12).

Meskipun demikian, pujian datang dari mantan menteri luar negeri AS, Hillary Clinton, yang menyatakan kebijakan embargo AS atas Kuba selama beberapa dekade hanya memperkuat cengkeraman rezim Castro untuk terus berkuasa.

"Cara terbaik untuk membawa perubahan ke Kuba adalah dengan mengekspos nilai-nilai, informasi dan materi kenyamanan dunia luar untuk orang Kuba," kata Clinton yang merupakan politisi Partai Demokrat, kepada Reuters, Kamis (18/12).

Normalisasi Membawa Perubahan
Dalam batasan tertentu, warga AS di masa mendatang akan bisa menikmati cerutu Kuba. (Reuters/Enrique De La Osa)

Membaiknya hubungan antara Kuba dan AS membawa perubahan kebijakan masing-masing negara.

Selain menyepakati pertukaran tahanan, AS dan Kuba juga sepakat membuka kedutaan besar di masing-masing negara dan melonggarkan sejumlah pembatasan di sektor perdagangan.

Dalam pidatonya, Obama juga berjanji akan mengijinkan penggunaan kartu kredit AS di Kuba, menambah jumlah uang yang bisa dikirim ke Kuba dan mengijinkan eskpor peralatan dan pelayanan telekomunikasi.

Seperti diberitakan kantor berita ACN dalam situs resmi mereka, pengamat dari Institut Ekonomi Internasional Peterson memperkirakan jika AS dan Kuba membuka kembali jalur perdagangan mereka, ekspor AS ke Kuba dapat mencapai US$4,3 miliar per tahun. Sementara, nilai ekspor Kuba ke AS dapat mencapai US5,8 miliar.

“Ini berita besar. Belum banyak pemain dalam pasar Kuba,” kata Seth Kaplowitz, pengacara dan akademisi keuangan di Universitas San Diego, kepada ACN,  Senin (22/12).

ACN mencatat embargo AS selama 52 tahun telah merugikan Kuba lebih dari US$1 triliun.

Hingga saat ini, Washington memperbolehkan aktivitas ekspor ke Havana untuk sektor perdagangan makanan seperti jagung, nasi, kacang kedelai, dan ayam  beku, senilai US$350 juta per tahun. Namun, makanan tersebut tak boleh dibeli dengan kartu kredit.

Kaplowitz menilai, penghentian embargo AS dapat memberikan manfaat bagi Kuba khususnya di sektor pertanian, manufaktur, penerbangan, dan pariwisata.

Kendati kunjungan pariwisata masih belum diperbolehkan, namun kedua negara berkomitmen mempermudah visa untuk kunjungan keluarga, pendidikan atau urusan bisnis pemerintah.

Diberitakan New York Daily News, kebijakan baru kedua negara menyebutkan bahwa warga AS boleh membawa pulang barang-barang dari Kuba, seperti cerutu dan alkohol, namun dibatasi hanya US$100, setara Rp1,2 juta dan dilarang diperjualbelikan kembali.

Namun, embargo perdagangan yang telah diterapkan selama puluhan tahun ini memerlukan persetujuan Kongres terlebih untuk dicabut.

Hal yang sama berlaku terkait kunjungan kedua warga negara. Kongres harus terlebih dulu menyetujui pencabutan larangan warga AS yang ingin berkunjung ke Kuba.

Kuba Akan Tetap Sosialis
Embargo selama puluhan tahun membuat warga Kuba mencari cara mempertahankan mobil-mobil tua mereka. (Reuters/Enrique De La Osa)

Membaiknya hubungan Washington dan Havana dinilai akan membawa komersialisme dan kapitalisme AS ke Kuba.  Meningkatnya pariwisata, contohnya, ditakutkan akan menghasilkan bangunan dan investasi modern di Havana.

"Saat ini, jika kita datang ke Kuba maka semuanya masih asli. Justru kurangnya hal-hal (modern) itu yang membuat Kuba sangat istimewa hari ini," kata Dugald Wells, CEO Kuba Cruise di Toronto, dilansir dari Reuters, Jumat (19/12).

Sementara menurut putri Presiden Raul Castro, Mariela Castro, Kuba tetap akan mempertahankan prinsip sosialis dan tidak akan kembali menjadi kapitalis hanya karena telah menyetujui perbaikan hubungan dengan Amerika Serikat.

"Orang-orang Kuba tidak ingin kembali ke kapitalisme," kata Mariela yang menjabat sebagai anggota parlemen Kuba, kepada Reuters, Jumat (20/12).

Dalam hubungan yang baru dengan AS, Kuba tak akan menyerah pada idealisme yang telah diterapkan warganya selama lebih dari satu abad.

“Kami ingin mendiskusikan segalanya dengan AS atas dasar kesetaraan dan timbal balik. Sebagaimana kami tak pernah mencoba mengubah sistem politik AS, kami meminta AS menghormati sistem politik Kuba,”  kata Castro, seperti ditulis kantor berita Prensa Latina, Sabtu (20/12).
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER