Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Paris, CNN Indonesia --
Letnan Jenderal Mark Hertling, mantan komandan Amerika Serikat di Eropa telah bertugas lebih dari 37 tahun dan berperang di Irak selama tiga tahun. Dia adalah direktur strategi perang pada Staf Gabungan 11 September dan punya segudang pengalaman dalam pengembangan dan implementasi strategi. Dia juga merupakan pengamat militer di CNN. Opini dalam artikel ini sepenuhnya tanggung jawab Hertling.Video yang diambil oleh warga Paris pada serangan Rabu ke kantor Charlie Hebdo menunjukkan pelatihan yang dilakukan oleh teroris. Berikut beberapa hal yang akan diamati oleh para militer profesional:
Seragam
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seluruh penyerang mengenakan seragam. Semuanya memakai rompi yang bisa membawa beberapa magasin amunisi untuk senjata mereka, dan mungkin beberapa granat. Sebagai tambahan, mereka mengenakan semacam jas berat. Hal ini mengindikasikan ada pelindung tubuh atau kemungkinan rompi bunuh diri di baliknya yang akan diledakkan jika tertangkap.
Teroris kali ini sangat terlatih, mengeker dengan jitu, menembak satu titik dan target tertentu.Mark Hertling |
Beberapa ahli mengatakan "mereka datang untuk membunuh, bukan untuk mati". Namun berdasarkan pengalaman kami yang pernah terlibat dalam situasi seperti ini, mereka datang untuk membunuh sampai terjebak -- lalu mereka memilih mati dengan meledakkan bom jika hal itu bisa menewaskan lebih banyak orang.
Penggunaan senjataMenurut juru bicara polisi Perancis Xavier Castaing, para teroris membawa senapan AK-47, dan setidaknya salah satu di antara mereka memakai tali militer 3-titik yang tersambung ke senapan (tali putih untuk menyangkutkan senjata ke pundak).
Tali ini digunakan untuk serangan jarak dekat. Pengemudi mobil dalam serangan kemarin tidak mengenakan tali ini, memungkinkannya bebas bergerak dalam kendaraan.
Penyerangnya sepertinya penembak yang baik, buktinya terlihat dari bekas tembakan yang berkumpul di kaca depan mobil polisi Perancis, ditunjukkan oleh beberapa foto dari TKP.
Sebagai tambahan, penyerang menggunakan senapan semi-otomatis (tembakan tunggal) bukan senapan full-otomatis. Kebanyakan teroris melakukan serangan yang disebut metode "
pray and spray". Dengan cara ini, mereka menembakkan senjata full-otomatis, meneriakkan slogan agama dan melepaskan beberapa peluru, yang kebanyakan tidak mengenai sasaran. Namun teroris kali ini sangat terlatih, mengeker dengan jitu, menembak satu titik dan target tertentu.
Tembakan dan manuverPara teroris ini sepertinya terlatih dalam teknik gerakan: Teroris pertama mencari tameng pelindung (mobil yang diparkir atau pintu mobil yang dibuka) dan menembak, sementara teroris kedua bermanuver mencari titik menembak lainnya. Pada manuver ini, teroris kedua bergerak sambil mengeker dan menembak, sementara teroris pertama berjalan untuk bergabung dengannya.
PengintaianSerangan terjadi di tengah hari pada jam sibuk di Paris, namun tidak ada kepadatan kendaraan di sisi jalan tempat warga merekam serangan tersebut.
Laporan awal menyebutkan pertemuan redaksi terjadi pada jam itu, dengan semua sasaran berada di satu ruangan. Hal ini mengindikasikan bahwa ada tindakan intelijen, perencanaan rute, dan persyaratan individu untuk menjadi tim dalam serangan tersebut.
[Gambas:Video CNN]KecepatanMereka bergerak cepat, tahu kemana akan bergerak, tahu pekerjaan masing-masing, lalu menghilang. Sekali lagi, hal ini menunjukkan bahwa mereka telah melakukan latihan sebelumnya dan adanya kekompakan dalam menjalankan misi.
Pemilihan targetIni adalah serangan lanjutan. Sebelumnya kantor Charlie Hebdo pernah dilempar Molotov, namun tidak berhasil. Seperti halnya pengeboman World Trade Center pada 1993 yang gagal lalui diikuti oleh serangan 2001, saat teroris mengincar target yang sama.
Biasanya, teroris merekam aksi mereka untuk mengambil pelajaran dan informasi bagi operasi di masa mendatang dan diunggah di media sosial. Mereka mungkin memiliki seseorang yang merekam dari lokasi yang spesifik untuk tujuan tersebut.
Video ini kemungkinan baru akan dipublikasikan di masa mendatang, namun untuk saat ini video yang direkam publik dan diunggah di Youtube juga akan menjadi alat informasi bagi teroris.
Dalam beberapa jam atau hari lagi, beberapa negara di Eropa -- terutama Jerman dan Italia -- akan tertarik mendapatkan informasi polisi atas serangan ini, karena mereka juga mendapatkan ancaman yang sama dari para ekstremis Muslim.
Perancis, Uni Eropa dan Interpol akan berbagi informasi dan mempersempit ruang gerak teroris di Eropa. Berbagi informasi ini sangat penting. Wilayah Schengen yang bebas visa memungkinkan pergerakan orang melalui 26 negara di Eropa melalui jalan darat, serangan yang awalnya terjadi di Perancis akan menjadi ancaman juga bagi seluruh Eropa.
(den/stu)