KOLOM

Kartun Nabi, Mengapa Marah?

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Jumat, 09 Jan 2015 11:18 WIB
Setiap kali muncul karikatur yang menggambarkan Nabi Muhammad, selalu muncul gelombang protes besar di seluruh dunia. Mengapa sebegitu besar kemarahannya?
Setiap kali muncul, karikatur Nabi Muhammad selalu disusul gelombang protes besar di seluruh dunia. Mengapa sebegitu marahnya? (Ilustrasi penulis/Dok. CNN Indonesia)
Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Denny Armandhanu adalah wartawan di CNN Indonesia. Tulisan opini ini sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Perkara karikatur Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam kembali mencuat setelah kasus penembakan yang menewaskan 12 orang di kantor majalah Charlie Hebdo di Paris, Perancis, dua hari lalu.

Diantara 12 korban yang tewas terdapat para kartunis di majalah yang memang dikenal sebagai media satire yang kerap menuangkan sindiran terhadap pemimpin politik dan radikalisme setiap agama dalam bentuk karikatur, salah satunya adalah Islam dan Nabi Muhammad.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak hanya Muhammad, tapi juga pemuka agama lain, termasuk Paus, pemimpin umat Katolik atau para pemimpin dunia.

Melihat catatan media, kartun Nabi memicu kontroversi sejak muncul gambar Nabi Muhammad bersama dengan Yesus dan Konfusius di koran Der Spiegel, Jerman, tahun 1999 lalu.

Setiap kali muncul, Muslim di seluruh dunia marah, beberapa menuangkannya dengan turun ke jalan, membuat kekacauan, banyak korban berjatuhan, meninggal atau luka.

Dua ratus orang tewas dalam aksi protes yang terjadi di seluruh dunia, ketika koran Denmark Jyllands-Posten memuat kartun Nabi.

Atau aksi protes mengecam film "Innocence of Muslim" di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Benghazi, Libya, yang menewaskan Duta Besar Christopher Stevens.

Banyak yang bertanya-tanya, mengapa sebegitu marahnya? Bukankan kartun sebenarnya hanya salah satu bentuk kebebasan berekspresi dan kebebasan media?

Jawabannya adalah: Cinta.

Dalam Islam, Nabi Muhammad shallalahu alaihi wasallam adalah junjungan tertinggi umat Islam, manusia pilihan, suri tauladan yang sempurna.

Namun dia tetap manusia biasa yang tidak boleh disembah. Itu sebabnya setiap penggambaran Nabi dilarang dalam Islam, demi mencegah penyembahan.

Tidak ada larangan yang gamblang di al-Quran soal hal ini, namun disebutkan dalam hadits—perkataan dan perbuatan Nabi, yang merupakan rujukan selain kitab suci.

Umat Islam wajib mencintai Nabinya. Bahkan disebutkan bahwa mencintai Nabi adalah salah satu bentuk kesempurnaan iman, sebuah perilaku yang telah dicontohkan oleh para Sahabat dan orang soleh terdahulu (Salafush Sholih).

Tiga perkara yang bila seseorang memilikinya maka ia akan merasakan manisnya iman, yaitu: Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai lebih dari dirinya sendiri, mencintai saudaranya hanya karena Allah, ia benci kembali pada kekufuran setelah Allah menyelamatkan darinya sebagaimana ia tidak suka jika dilemparkan dalam api neraka, bunyi sebuah hadits populer.

Karenanya ketika muncul kemarahan jika ada yang melecehkan orangtua, istri atau anak, bagi ummat Islam akan lebih marah lagi jika ada yang menghina Nabi Muhammad.

Bahkan di beberapa negara yang menganut hukum Islam, penghina Nabi diancam dengan hukuman mati.

Namun apakah kemarahan ini harus diluapkan dengan kekerasan, pembunuhan? Tentu tidak.

Anggota dewan ulama Arab Saudi Syaikh Shaalih Fauzan Ibn Abdillah al-Fauzaan saat ditanya ihwal penembakan di Paris mengatakan, aksi itu tidak bisa dibenarkan, malah justru akan semakin memicu kebencian terhadap umat Islam.

"Ini bukan metode yang tepat. Ini akan menambah keburukan dan kemarahan mereka kepada kaum muslimin," ujar Syeikh Fauzan dalam situs pribadinya.

Syeikh Fauzan memberi cara untuk menyikapi kartun Nabi yang menurut anggota Hai’ah Kibaril ‘Ulama Saudi Arabia ini, adalah dengan berdialog, berdiskusi, menjelaskan pada penggambar soal apa yang mereka gambar.

"Cara menentang mereka adalah dengan membantah syubhat (keraguan) dan menjelaskan perbuatan mereka yang sangat memalukan tersebut."

Islam juga mengatur tata cara protes. Tidak dengan turun ke jalan, membuat kericuhan dan pemberontakan.

Dalam Islam pembelaan Nabi dengan tangan hanya bisa dilakukan oleh pemimpin sebuah negara, tidak sembarang orang. Bisa juga melalui jihad, namun ini pun memiliki beberapa syarat yang wajib dipenuhi, salah satunya adalah atas izin pemimpin negara.

Jelas, penembakan di Paris bukanlah jihad seperti yang diteriakkan para pelakunya.

Jika pemerintah setempat tidak bisa turun tangan menghentikan penggambaran Nabi, dan umat Muslim tidak punya kuasa dan dilarang menggunakan kekerasan untuk menghentikannya, maka Nabi shallalahu alaihi wassalam memberikan kita solusi, yaitu mengingkarinya dengan hati:

"Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah dia mengubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu maka hendaknya dengan lisannya. Dan apabila tidak mampu lagi maka dengan hatinya, sesungguhnya itulah selemah-lemah iman.”
LEBIH BANYAK DARI KOLUMNIS
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER