Jakarta, CNN Indonesia -- Perancis berduka atas kematian 12 orang saat kantor media satire Charlie Hebdo diserang oleh dua orang bersenjata pada Rabu (7/1).
Terduga pelaku, adalah tiga orang, Hamyd Mourad berusia 18 tahun yang telah menyerahkan diri dan dua bersaudara Cherif dan Said Kouachi, berusia 30an, hingga kini masih buron.
Warga Perancis turun ke jalan-jalan sebagai aksi solidaritas terhadap peristiwa paling mematikan di Perancis dalam beberapa dekade terakhir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ikut dalam aksi-aksi damai itu adalah komunitas-komunitas Muslim di Perancis.
Dikutip dari The Independent, Imam masjid Drancy di utara Paris, Hassen Chalghoumi, mengtakan: “Saya sangat marah. Ini adalah tindakan kriminal, bar-bar. Mereka harusnya menjual jiwa mereka ke neraka. Ini bukanlah kebebasan. Ini bukanlah Islam dan saya harap warga Perancis akan bersatu untuk mengakhiri ini.”
Lembaga ulama Perancis Union des Organisations Islamiques de France, UOIF, yang menaungi 250 organisasi Muslim di negara itu mengutuk para penyerang yang mengatasnamakan Islam, mengklaim telah membalaskan dendam Nabi.
Banyak analis yang mengatakan peristiwa penembakan ini juga memberikan amunisi bagi tensi anti-Islam dan anti-imigran yang kini memang sedang meningkat di beberapa negara Eropa, termasuk Perancis.
“Peristiwa seperti di Paris hanya menambahkan minyak ke api,” ujar Joerg Fobrig, direktur program Marshall Fund, seperti dikutip dari Bloomberg.
Namun dilansir The Independent, sebuah survei yang dilakukan di Perancis Mei tahun lalu oleh
Pew Research mengungkapkan bahwa warga Perancis adalah negara yang memiliki pandangan paling positif terhadap Muslim dibandingkan negara-negara lain di Eropa.
Pandangan positif di Perancis soal Muslim paling baik, berada di angka 72 persen, paling tinggi diantara yang lain. Saat ini, Perancis merupakan negara Eropa dengan populasi penduduk Islam terbesar, yaitu sebesar 4,7 juta penduduk.
Di bawah Perancis, negara Eropa yang paling positif memandang Muslim adalah Inggris berada sebesar 64 persen, diikuti Jerman dengan 58 persen, Spanyol 49 persen, Yunani 43 persen, Polandia 32 persen dan posisi terbawah ada di Italia dengan 28 persen.