PENEMBAKAN DI PERANCIS

Sepak Terjang AQAP, Kelompok Militan Terkait Serangan Paris

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Sabtu, 10 Jan 2015 19:11 WIB
Pelaku serangan yang terjadi selama tiga hari di Paris, Perancis, diduga terkait dengan jaringan AQAP. Bagaimana sepak terjang kelompok ini?
alah satu dari pelaku penembakan majalah Charlie Hebdo, Said Kouachi, 34 tahun, mengakui dirinya pernah ertemu dengan pemimpin AQAP, Anwar al-Awlaki, sebelum dia meninggal tahun 2011. (handout/via Reuters TV)
Sana'a, CNN Indonesia -- Para pelaku serentetan serangan yang terjadi selama tiga hari di Paris, Perancis, diduga terkait dengan jaringan al-Qaidah di Semenanjung Arab, atau AQAP. Salah satu dari pelaku penembakan majalah Charlie Hebdo, Said Kouachi, 34 tahun, mengakui dirinya pernah berlatih dengan AQAP di Yaman selama beberapa bulan, dan bertemu dengan pemimpin AQAP, Anwar al-Awlaki, sebelum dia meninggal tahun 2011.

AQAP merupakan pecahan dari al-Qaidah, yang terbentuk pada 2009, dan bermarkas di Yaman selatan. AQAP diumumkan setelah Al-Qaidah dilarang beroperasi di Arab Saudi selama tiga tahun sejak pemimpin kelompok ini, Osama Bin Laden, tewas dalam pertemuran dengan tentara Amerika Serikat.

Pemimpin AQAP di Yaman, Nasser al-Wahayshi, pernah menjadi rekan bin Laden, yang ayahnya lahir di Yaman.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada 2011 lalu, Menteri Luar Negeri Yaman pernah menyatakan bahwa anggota kelompok ini telah mencapai 300 orang. Tidak diketahui jumlah pasti anggota AQAP dalam beberapa tahun belakangan.

Salah satu serangan yang diluncurkan AQAP adalah upaya untuk mengebom sebuah pesawat dengan tujuan AS pada 25 Desember 2009. Namun alat peledak yang digunakan dalam serangan tersebut gagal meledak.

AQAP juga bertanggung jawab atas beberapa serangan di Yaman pada tahun 2010, di antaranya bom bunuh diri pada bulan April yang ditujukan pada duta besar Inggris. Namun, upaya itu tidak mengakibatkan korban jiwa maupun luka.

Kelompok ini juga mengklaim bertanggung jawab atas upaya mengirimkan dua paket angkutan udara yang mengandung bom ke Amerika Serikat pada bulan Oktober 2010. Bom tersebut ditemukan di pesawat di Inggris dan Dubai.

Serangan AQAP mulai membuahkan hasil ketika pada 21 Mei 2012, seorang tentara mengenakan sabuk peledak melakukan serangan bunuh diri terhadap personil militer yang tengah mempersiapkan latihan parade untuk Hari Kesatuan Yaman.

Dengan lebih dari 120 orang tewas dan 200 lebih terluka , serangan itu paling mematikan dalam sejarah Yaman.

Pada Juni 2012, ketika al-Qaeda menyatakan mundur dari Yaman selatan, kelompok ini menanam ranjau darat yang menewaskan 73 warga sipil. Menurut kantor gubernur provinsi Abyan, 3.000 ranjau berhasil diamankan dari sekitar Zinjibar dan Jaar.

Pada 5 Desember 2013, serangan terhadap Kementerian Pertahanan Yaman di Sana'a melibatkan serangkaian bom dan senjata serangan menewaskan sedikitnya 56 orang.

Salah satu dari pelaku penembakan majalah Charlie Hebdo, Said Kouachi, 34 tahun, mengakui dirinya pernah berlatih dengan AQAP di Yaman selama beberapa bulan. (Paris Prefecture de Police/Handout via Reuters)
Rekaman serangan yang ditayangkan di televisi Yaman, menunjukkan serangan AQAP ke rumah sakit yang berlokasi di dalam kompleks Kementerian Pertahanan, mengakibatkan sejumlah tenaga medis dan pasien tewas.

Pemimpin AQAP, Qassim al-Raimi merilis permohonan maaf melalui video yang menyatakan serangan itu yang dilakukan atas inisiatif anak buahnya, tanpa ada perintah darinya.

Pada tanggal 9 Mei 2014, beberapa tentara Yaman tewas setelah pertempuran yang dipicu ketika kendaraan menyerang gerbang istana, diduga dilakukan oleh AQAP.

Serangan terakhir AQAP sebelum menyerang Perancis adalah penyanderaan yang disusul pembunuhan wartawan AS, Luke Somers pada bulan Desember 2014.

Terkait dengan serangan di kantor Charlie Hebdo, tipe serangan tersebut memang tipe serangan yang kerap diluncurkan oleh AQAP.

"Serangan dengan target yang ditentukan,di tempat yang penuh orang dan dilakukan dengan survei dan pengamatan yang matang, memang tipikal al-Qaidah," kata pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Ridlwan Habib, ketika dihubungi CNN Indonesia pada Sabtu (10/1).

Menurut Habib, salah satu motif serentetan penyerangan di Perancis adalah aksi unjuk kebolehan antara kelompok militan. Serangan ini dapat diartikan bahwa AQAP dapat menyerang Perancis, sementara kelompok ekstremis lainnya tidak. 

"Ada asumsi bahwa jaringan al-Qaidah lebih siap meluncurkan serangan ke Eropa, ketimbang misalnya, kelompok ISIS, yang baru setahun belakangan ini terdengar," kata Habib.  (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER