ANTI-MUSLIM EROPA

Surat Kabar Diserang, Jerman Antisipasi Gerakan Anti-Islam

Ike Agestu/Reuters | CNN Indonesia
Senin, 12 Jan 2015 09:44 WIB
Aksi anti-Islam yang rutin digelar PEGIDA di Jerman dikhawatirkan akan meningkat setelah penyerangan Charlie Hebdo di Paris.
Hamburger Morgenpost menerbitkan kembali kartun Charlie Hebdo yang kontroversial. (Reuters/Fabian Bimmer)
Berlin, CNN Indonesia -- Surat kabar Jerman, Hamburger Morgenpost yang menerbitkan kembali kartun Charlie Hebdo, menjadi sasaran pembakaran pada Minggu (11/1).

Orang tak dikenal membakar gedung dan beberapa dokumen terbakar, namun tak ada korban jiwa karena tak ada awak media itu yang berada di kantor saat diserang.

Dua orang ditangkap setelah pemicu kebakaran dilemparkan ke sebuah bangunan Morgenpost Hamburger.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Morgenpost Hamburger telah menerbitkan kembali kartun Charlie Hebdo yang kontroversial karena memuat gambar Nabi Muhammad, sebagai bentuk solidaritas atas serangan kepada kartunis Charlie Hebdo.

Kejadian itu membuat otoritas Jerman meningkatkan keamanan menjelang aksi anti-Islam yang memang sudah menjadi rutinitas minggu selama beberapa bulan terakhir, terutama di kota-kota sebelah timur Jerman.

Serangan militan Islam di Charlie Hebdo dan swalayan halal milik Yahudi di Paris pekan ini—yang menewaskan 17 orang—telah memicu kekhawatiran serangan serupa terjadi di negara Eropa lainnya dan mendorong peringatan dari Menteri Dalam Negeri Jerman Thomas de Maiziere.

"Saya sangat prihatin melihat serangan yang direncanakan seperti di Paris, Brussels, Australia atau Kanada," katanya kepada media Jerman, Bild am Sonntag. Ia juga menyebutkan ada sekitar 260 orang di Jerman dianggap sebagai militan berbahaya.

Bild am Sonntag mengatakan badan-badan intelijen AS telah menyadap percakapan anggota senior ISIS di mana mereka mengatakan serangan Paris adalah awal dari serangkaian serangan di Eropa.

Sementara Kanselir Angela Merkel ikut ambil bagian dalam pawai damai di Paris, sekitar 18 ribu orang menghadiri unjuk rasa di depan Kedutaan Besar Prancis di Berlin, polisi mengatakan, dengan orang-orang memegang slogan "JE SUIS CHARLIE" dan "NO TO Rasisme, NO TO PEGIDA".

Tak ada korban jiwa dalam serangan di Hamburger Morgenpost. (Reuters/Fabian Bimmer)

Serangan Paris juga menimnbulkan kekhawatiran meningkatnya gerakan anti-Islam di Jerman, yang digawangi oleh kelompok sayap kanan yang menyebut diri mereka PEGIDA.

Senin pekan lalu, 18 ribu orang ikut serta dalam aksi PEGIDA di kota Dresden di sebelah timur Jerman.

Namun, yang pada Sabtu (10/1) oleh aksi demonstrasi anti-rasisme di kota Jerman timur yang sama mengerdilkan jumlah pendukung PEGIDA, karena berhasil menarik menarik 35 ribu orang.

Di tempat lain, polisi Jerman menangkap seorang pendukung diduga ISIS dan menggerebek rumahnya di negara bagian barat, North Rhine-Westphalia.

Pris 24 tabun itu ditengarai telah berada di Suriah sejak Oktober 2013 dan kembali ke Jerman pada 2014.

Tidak ada indikasi bahwa pria itu memiliki rencana konkret untuk menyerang dan ada juga tidak ada hubungannya dengan pertumpahan darah di Paris, tambahnya.

Seperti negara-negara Eropa barat lainnya, Jerman sedang berjuang untuk menghentikan radikalisasi pemuda Muslim, beberapa di antaranya ingin menjadi pemberontak di Suriah atau Irak.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER