Paris, CNN Indonesia -- Petugas intelijen Perancis menemukan bendera kelompok militan ISIS di apartemen salah satu tersangka penyerangan di Paris, Perancis. Selain bendera ISIS, petugas juga menemukan senjata otomatis , detonator dan uang tunai di dalam apartemen milik Amedi Coulibaly yang terletak di wilayah Gentilly, di pinggiran kota Paris tersebut.
"Apartemen tersebut disewa atas nama Coulibaly dari 4 Januari hingga 11 Januari," kata sumber dari kepolisian, menurut RTL, seperti dilaporkan radio Perancis, RTL, dikutip dari
CNN, Senin (12/1).
Tim forensik kini tengah berusaha menemukan petunjuk yang membantu menemukan Hayyat Boumeddiene, 26 tahun, istri Coulibaly yang diperkirakan tinggal bersama di apartemen yang menjadi persembunyian Coulibaly itu. Hingga kini, Boumeddiene menjadi tersangka yang masih buron.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Polisi mulai menggerebek apartemen Coulibaly, setelah pria ini ditetapkan sebagai tersangka dalam insiden baku tembak di distrik Montrouge, di Paris, yang terjadi sehari setelah penembakan di kantor majalah Charlie Hebdo, Kamis (8/1).
Setelah insiden baku tembak itu, Coulibaly melarikan diri dengan mobil yang kemudian dia tinggalkan di wilayah Arcueil, dekat dengan apartemennya. Coulibaly lalu menaiki kereta api, untuk kembali ke apartemennya.
Sejumlah barang bukti yang didapatkan dari apartemen Coulibaly bukan satu-satunya informasi yang dimiliki polisi terkait Coulibaly.
Sebuah video yang beredar di situs jihad memperlihatkan pria yang serupa dengan Coulibaly tengah berbaiat kepada pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi. Senjata laras panjang dan bendera ISIS menjadi latar dalam video tersebut.
Dalam video itu, Coulibaly mengidentifikasi diri sebagai Abou Bassir AbdAllah al-Irfiqi, tentara kalifah, dan menyampaikan pesan kepada negara Barat.
"Anda menyerang khalifah, Anda menyerang ISIS, kami menyerang Anda. Anda tidak dapat melakukan serangan balik dan tidak mendapatkan apa-apa," kata Coulibaly dalam video tersebut, dikutip dari CNN, Senin (12/1).
 Polisi mulai menggerebek apartemen Coulibaly, setelah pria ini ditetapkan sebagai tersangka baku tembak di distrik Montrouge, di Paris, yang terjadi sehari setelah penembakan di kantor majalah Charlie Hebdo, Kamis (8/1). (REUTERS/Social Media via Reuters TV) |
Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti kapan video tersebut dibuat.
"Komunitas intelijen AS menyadari keberadaan video itu dan tengah melakukan tinjauan untuk menentukan keasliannya," kata Brian Hale, juru bicara untuk direktur intelijen nasional AS, James Clapper.
Menurut sebuah sumber, Coulibaly membuat beberapa panggilan telepon yang membicarakan akan menargetkan polisi di Perancis.
Perancis Siaga SatuHingga Minggu (11/1), Perancis tetap dalam status siaga satu, karena petugas keamanan masih mengumpulkan petunjuk dan barang bukti terkait penyerangan pekan lalu. Petugas juga memperingatkan warga bahawa aksi kekerasan mungkin saja terjadi sewaktu-waktu.
Aparat kepolisian Perancis telah diberitahu untuk menghapus keberadaan mereka di media sosial dan membawa senjata setiap saat karena teror sel tidur teroris, atau
sleeper cell di Perancis telah diaktifkan setelah penyerangan Charlie Hebdo.
Bukan hanya polisi Perancis, para pejabat di Departemen Kepolisian Kota New York dan aparat penegak hukum lainnya di seluruh Amerika Serikat juga disiagakan karena terdapat ancaman baru dari ISIS setelah kelompok teror merilis pesan video yang mengajak pengikutnya untuk "bangkit dan membunuh petugas intelijen, petugas kepolisian, tentara, dan warga sipil."
Dalam video yang dirilis pada Sabtu (10/1), sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Perancis, Australia dan Kanada disebutkan dengan jelas sebagai target.
"Petugas NYPD agar tetap waspada dan memperhitungkan bergabagi kemungkinan dan taktik setiap saat ketika sedang berpatroli, terutama mengingat serangan di Perancis pekan lalu," bunyi pernyataan dari FBI dan Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, yang diterima
CNN, Senin (12/1).
Sementara, petugas kepolisian dan intel Perancis terus berupaya untuk menyelidiki latar belakang para penyerang dan melacak keberadaan Boumeddiene, yang hingga kini masih buron.
(ama/stu)