Paris, CNN Indonesia -- Hayat Boumeddiene tampak sepeerti wanita baik-baik dan sopan, selalu menggunakan cadar dan sering berkendara dengan motor
scooter bersama pasangannya, Amedy Coulibaly, seperti diingat oleh tetangganya di wilayah pinggiran Paris.
Kini wanita berumur 26 tahun itu adalah buron incaran Perancis dan menjadi pusat perhatian dunia internasional setelah Coulibaly—yang mengaku berhubungan dengan kakak beradik Kouachi pelaku teror di kantor Charlie Hebdo—membunuh sandera di sebuah swalayan Yahudi. Coulibaly juga tewas dibunuh polisi dalam drama penyanderaan itu.
Sebelumnya, polisi menyebut Boumeddiene dan Coulibaly sebagai tersangka atas pembunuhan seorang polwan di daerah pinggiran Paris lain, Montrouge.
Media Perancis Le Monde, menyebut bahwa Boumeddiene dan Coulibaly disebut telah menikah secara agama namun tak tercatat dalam catatan sipil Perancis pada 2009.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan kematian Coulibaly dan Kouachi bersaudara dalam penyerangan terpisah, Boumeddiene kini menjadi subjek utama pengejaran pclisi dan diduga berperan dalam serangkaian aksi teror di Paris.
Sumber di kementerian Perancis mengatakan kepada CNN bahwa Boumeddiene masuk Turki pada 2 Januari—beberapa hari sebelum serangan Charlie Hebdo pada 7 Januari dan penyerangan polisi sehari sesudahnya, tiba di Istanbul dari Madrid dan ditemani oleh seorang pria.
Itu berarti Boumeddiene sudah tidak berada di Perancis saat pasangannya, Coulibaly menembak polwan.
Otoritas Perancis menyebut ia dicari atas serangan teror, namun tak memberikan informasi soal peran konkretnya dalam aksi itu.
Selama pemeriksaan rutin atas penumpang yang tiba di bandara, Boumeddiene dan temannya yang ditandai oleh Pusat Penilaian Risiko Turki di bandara dan diputuskan untuk mengawasi gerakan mereka.
Pasangan itu menginap di sebiah hotel di Istanbul dan bersikap layaknya turis biasa selama beberapa hari.
Ketika namanya diumumkan ke publik oleh Perancis setelah serangan Charlie Hebdo, otoritas Turki memberikan informasi soal pergerakan Boumeddiene.
Petugas keamanan Turki melacak keberadaannya terakhir di dekat perbatasan dengan Suriah.
Ia memiliki tiket pulang ke Madrid pada 9 Januari namun tak pernah menggunakannya.
Berhubungan dengan istri Cherif KouachiSebelumnya, Pascal Disant dari serikat polisi Perancis sempat mengatakan Boumeddiene kemungkinan melarikan diri dari lokasi kejadian penyanderaan di swalayan dan kabur bersamaan dengan para sandera keluar swalayan ketika mereka akhirnya dibebaskan. Namun sejauh ini, tidak ada saksi yang melihatnya di sana.
Namun Disant mengatakan bahwa Kouachi bersaudara dan Coulibaly adalah bagian dari kelompok jihad yang sama.
Jaksa Paris, Francois Molins juga mengindikasikan bahwa Boumeddiene dan istri Cherif Kouachi saling mengenal dengan baik, dengan 500 hubungan telepon antara keduanya pada 2014.
Petugas bersenjata masih berada di sekitar apartemen tempat tinggal Boumeddiene dan Coulibaly di sebelah selatan Paris. Nama keduanya masih terdapat dalam kotak surat di lobi apartemen.
Pasangan itu tinggal di apartemen di atas sebuah restoran India selama lima tahun, menurut tetangga mereka yang tak ingin disebut namanya. Para tetangga melihat kedua pasangan itu selalu sopan, dan sering melihat mereka berkeliling lingkungan dengan
scooter.
Harian Perancis, Le Parisien melaporkan bahwa Boumeddiene adalah satu dari tujuh bersaudara dari Villiers-sur-Marne, Perancis. Ibunya meninggal pada 1994 ketika ia berumur delapan atau sembilan tahun. Ia bersama beberapa saudaranya yang lain berada di bawah lindungan negara karena ayahnya tak sanggup membesarkan mereka semua sendirian.
Sebuah foto yang diterbitkan oleh Le Monde menunjukkan Boumeddiene tampak berada di wilayah pedalaman, menggunakan kerudung dan cadar, memegang senjata panah.
Dalam sebuah foto lain, Boumeddiene terlihat berfoto
selfie dengan Coulibaly.
(sumber:
CNN)