Istanbul, CNN Indonesia -- Perempuan tersangka membantu para militan Islamis yang melakukan serangan di Paris berada di Turki lima hari sebelum insiden itu dan masuk ke wilayah Usiah pada 8 Januari.
Kantor berita pemerintah Turki Anatolian dalam situsnya mengutip Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu yang mengatakan bahwa Hayat Boumeddiene tiba di Istanbul dari Madrid pad 2 Januari, dan Turki tidak menerima permintaan dari Perancis untuk menolak dia masuk.
“Ada rekaman video dia di bandara. Dia kemudian tinggal di satu hotel bersama satu orang lain dan menyebrang ke Suriah pada 8 Januari. Kami bisa memastikan hal ini berdasarkan catatan panggilan telepon,” kata Cavusoglu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan informasi ini berarti Boumeddiene berada di Turki sebelum aksi penyerangan di Paris, dan menyebrang ke Suriah ketika para pelaku masih bersembunyi dari kejaran polisi Perancis.
Pihak aparat Perancis melakukan pencarian terhadap Hayat setelah polisi anti-teroris menewaskan pacarnya, Amedy Coulibaly, ketika menyerbu masuk ke swalayan makanan Kosher tempat dia menyandera sejumlah orang.
Polisi mengggambarkan Hayat sebagai memiliki senjata dan berbahaya.
Coulibaly mengatakan melakukan serangan itu atas nama ISIS atau negara Islam Irak dan Suriah.
Tujuh belas orang, termasuk wartawan dan polisi, tewas dalam kekerasan yang terjadi selama tiga hari.
Aksi kekerasan ini dimulai ketika dua orang bersenjata menyerbu masuk kantor majalah mingguan satire Charlie Hebdo pada Rabu (7/1), dan berakhir dengan penyerbuan polisi ke toko kosher pada Jumat (9/1).
Ketiga tersangka yang bersenjata itu tewas dan pada awalnya muncul kebingungan mengenai kehadiran Boumeddiend di dalam toko swalayan tersebut ketika polisi menyerbu masuk.
Suriah Tuduh TurkiSatu foto yang resmi dikeluarkan oleh polisi Perancis memperlihatkan seorang perempuan muda dengan rambut hitam yang disibak dibalik telinganya.
Namun, media Perancis menerbitkan foto-foto yang disebut sebagai Boumedienne yang mengenakan cadar, berpose dengan panahan, yang menurut media diambil ketika mengikuti pelatihan di pegunungan wilayah Cantal pada 2010.
Sementara itu, televisi Suriah mengutip satu sumber di kementerian luar negeri negara itu yang mengatakan bahwa pernyataan Cavusoglu adalah “pengakuan bahwa Turkin masih menjadi tempat penyebrangan utama bagi teroris asing ke Suriah.”
Damaskus berulang kali menuduh Turki mendukung militan Islamis saat terjadi perang saudara di Suriah dan mengijinkan para pejuang asing melintasi perbatasannya.
Istanbul dengan resmi menyangkal membiarkan pejuang asing yang berjuang untuk faksi-fakti yang terkait dengan al Qaidah melintas ke Suriah.
(yns)