Paris, CNN Indonesia -- Majalah satire Charlie Hebdo yang kembali menampilkan karikatur Nabi Muhammad sudah mulai dijual di gerai-gerai di kota Paris, Perancis hari ini Rabu (14/1). Peluncuran edisi terbaru ini tepat satu pekan setelah insiden penembakan yang menewaskan 12 orang pada Rabu (7/1) lalu.
Untuk publikasi kali ini, Charlie Hebdo diperkirakan akan mencetak tiga juta eksemplar untuk penjualan di Perancis dan beberapa negara lainnya, serta diterjemahkan dalam beberapa bahasa. Padahal sebelumnya mereka hanya mencetak 60 ribu eksemplar.
Nabi Muhammad yang digambarkan dalam sampul tengah membawa papan bertuliskan "Je Suis Charlie" dengan headline bertuliskan "Tout Est Pardonne" (Semuanya dimaafkan). Selain kartun Nabi, edisi ini juga akan menampilkan karikatur politisi dan tokoh agama lain, seperti disampaikan pengacara Charlie Hebdo, Richard Malka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya kartunis penggambar sampul majalah tersebut, Luz, dalam konferensi pers menyatakan menolak meminta maaf atas gambar Nabi di edisi kali ini. "Ini bukanlah sampul majalah yang dunia inginkan, tapi ini yang kami inginkan," kata Luz yang terlihat beberapa kali menangis dalam konferensi pers tersebut.
Terbitan terbaru Charlie Hebdo ini dijual pada Rabu pagi ini, tepat seminggu setelah insiden penembakan yang menewaskan para kartunis. Luz selamat dari penembakan karena terlambat datang pada rapat redaksi.
Halaman kedua majalah tersebut berisi surat bertuliskan "Charlie memiliki banyak teman baru."
Dalam surat tersebut, redaksi majalah itu berterima kasih atas dukungan jutaan orang "yang berada di pihak kami dan yang dengan tulus dan ikhlas 'adalah Charlie'."
Diterbitkannya majalah itu memicu reaksi beragam dari umat Muslim. Perdebatan soal kebebasan berbicara dan provokasi agama terus muncul.
"Saya tahu mereka mungkin menerbitkan kartun ini untuk mengirim pesan pada para teroris dan mengatakan 'Lihat, kami tidak terintimidasi.' Dan itu tidak apa. Itu pesan yang kita semua perlu kirim, bahwa kekerasan bukanlah jawaban,"
kata Omer El-Hamdoon, presiden Asosiasi Muslim London, kepada CNN.
"Namun di waktu yang sama, alangkah baiknya jika mereka lebih sensitif terhadap perasaan umat Islam, karena banyak Muslim yang ikut dalam aksi Minggu lalu," lanjut El-Hamdoon lagi.
Sumber:
CNN (stu)