Tokyo, CNN Indonesia -- Penelitian yang dilakukan oleh Asosiasi Perencanaan Keluarga Jepang, atau JFPA, menunjukkan hampir 50 persen orang dewasa Jepang tidak melakukan hubungan seksual.
Seperti dilansir Telegraph (20/1), laporan tersebut menunjukkan bahwa dari 3.000 responden perempuan, sebanyak 49,3 persen di antaranya tidak melakukan hubungan sex sepanjang bulan sebelumnya.
Sementara dari keseluruhan responden laki-laki, 48,3 persen di antaranya juga mengaku tidak berhubungan seks selama satu bulan belakangan. Sisa responden memilih untuk abstain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Survei tersebut kemudian berlanjut dengan pertanyaan alasan mereka tidak berhubungan seks. Sebanyak 21,3 persen responden laki-laki berkeluarga mengklaim bahwa mereka sudah terlalu lelah setelah bekerja. Sedangkan sebanyak 15,7 persen lainnya menjawab mereka sudah tidak tertarik bersetubuh setelah istrinya melahirkan.
Jawaban dari responden perempuan juga beragam. Sebanyak 23,8 persen mengatakan bahwa seks adalah ativitas yang mengganggu dan 17,8 persen lainnya mengaku terlalu lelah selepas bekerja.
Selain orang dewasa, penelitian ini juga melansir bahwa pemuda Jepang ternyata tidak tertarik dengan seks. Kelompok pemuda berusia 25-29 tahun yang disebut "herbivora" ini mencapai angka 20 persen dari keseluruhan responden.
Temuan ini menimbulkan keresahan dari pemerintah Jepang. Populasi di negeri sakura ini stagnan di angka 126,6 juta. Dari angka tersebut, sebanyak 25 persen di antaranya berusia di atas 65 tahun.
Sementara tingkat kesuburan di Jepang berada di angka 1,41 bayi per-wanita. Data tersebut menunjukkan bahwa Jepang tidak memiliki cukup bayi lahir untuk mempertahankan level populasi saat ini.
Jika tren ini berlanjut, Institut Nasional Populasi dan Riset Keamanan Sosial telah memberi peringatan bahwa diperkirakan akan terjadi penurunan populasi hingga 49,59 juta pada tahun 2100.
Guna menanggulangi masalah ini, pemerintah Jepang telah menggencarkan serangkaian kampanye yang mendorong pasangan untuk memiliki anak. Sejumlah perusahan di Jepang, misalnya, mengharuskan karyawannya pulang pada pukul 6 sore. Selain itu, besaran tunjangan anak di beberapa perusahaan Jepang juga ditingkatkan.
Namun, menurut laporan pemerintah, tidak ada satupun langkah yang berhasil.
(ama)