Warga Tiongkok Lebih Memilih Beras Jepang
Reuters | CNN Indonesia
Senin, 26 Jan 2015 11:53 WIB
Beijing, CNN Indonesia -- Sebelumnya susu bayi formula dari Eropa, kemudian susu dari Selandia Baru. Sekarang konsumen Tiongkok menambah beras dari Jepang ke dalam daftar makanan sehari-hari dari luar negeri berharga tinggi setelah muncul kekhawatiran terhadap keamanan produk dalam negeri.
Asosiasi Federasi Koperasi Pertanian Nasional Jepang menyebut volume impor beras dari Jepang ke Tiongkok masih kecil, 160 ton tahun lalu, namun angka ini tiga kali lebih besar dari 2013.
Satu trend yang menggambarkan sikap tidak percaya konsumen di Tiongkok terhadap produk-produk pertanian domestik yang semakin tinggi.
“Petani Tiongkok mempergunakan pestisida,” ujar pedagang bernama Ying Ying, yang mulai menawarkan beras Jepang di pasar daring Taobao Agustus lalu.
“Beras Jepang tidak terpolusi logam berat.”
Polusi industri membanjiri tanah dan air tawar di Tiongkok. Pada Mei 2013, para pejabat di provinsi Guangdong mengatakan 44 persen sampel beras mengandung tingkat logam kadmium pada tingkat berlebihan.
Satu studi dari Kementerian Perlindungan Lingkunan Hidup April lalu memperkirakan bahwa 16,1 persen tanah di Tiongkok telah terkontaminasi.
Di sebagian wilayah negara itu, polusi tanah sangat buruk sehingga petani beras pun menolak mengkonsumsi produk hasil tanaman mereka sendiri.
Setelah pengungkapan kandungan logam kadmium ini, sejumlah konsumen Tiongkok mulai berpindah ke beras asal Thailand sebagai pengganti yang aman dan terjangkau.
Sebaliknya, beras dari Jepang tidak murah dan tidak mudah ditemukan di Tiongkok.
Berak dari Jepang yang diimpor oleh COFCO dijual dengan harga 74 yuan per kilogram di PinStore, satu supermarket daring milik perusahaan dagang Jepagn Sumitomo Corp.
Sementara harga beras lokal dijual 7,5 yuan per kilogram.
Ketika permintaan bertambah, konsumen Tiongkok pun mulai melirik ke perusahaan dagang online seperti Taobao, milik Alibaba, untuk membeli beras langsung dari Jepang.
Taobao mengatakan seseorang bahkan membahar hingga 1.499 yuan untuk membeli lima kilogram beras jepang.
Harga yang mahal ini tidak menjadi halangan bagi sejumlah orang.
“Lebih enak dari beras Tiongkok. Sepadan dengan harganya - rasa dan bentuknya bermutu tinggi,” tulis seorang pembeli di situs Taobao.
Untuk memenuhi permintaan, sejumlah produser beras Tiongkok mengatakan mempergunakan bibit padi dari Jepang dan mempromosikan beras mereka sebagai alternatif yang aman dari produk beras domestik lain.
Zhejiang Xinxie Yueguang Agricultural Science dan Technology mengatakan beras bermerk Echizen produknya aman dan ditanam dengan “air dari sumber-sumber murni dan kendali kualitas yang ketat”. Bungkus beras ini menyebut produk itu merupakan varietas beras Jepang.
Tetapi beras Echizen ditanam di wilayah Changxing, satu pusat produksi bateri di propinsi Zhejiang. Pembuatan batere bisa sangat menyebabakan polusi.
Li Jun, manajer umum di Zhejiang Xinxie Yueguang, menegaskan beras produknya telah lolos dari uji coba timbal, kadmium, merkuri, pestisida dan zat-zat kimia lain yang dilakukan oleh pemeriksa pemerintah.
Li menambahkan bahwa perusahaan ini juga telah menemukan tempat menanam beras yang tidak terpolusi.
Warga Tiongkok mengkonsumsi sekitar 120 juta ton beras per tahun dan negara ini mengimpor lebih dari 2,2 juta ton dalam 11 bulan pertama 2014, termasuk 1,2 ton dari Vietnem dan 626 ribu ton dari Thailand.
Japang merupakan eksportir bera yang kecil, hanya 3.777 yon pada Januari hingga November 2-14, tetapi negara ini berniat meningkatkan ekspor ke negara-negara Asia sebagai bagian dari upaya lebih luas mendorong lebih banyak ekspor hasil pertanian.
Akan tetapi, jika trend di Tiongkok ini cukup positif, upaya meningkatkan ekspor melalui jalur-jalur normal terlihat lambat: pihak berwenang Tiongkok hanya memberi ijin pada produsen beras Jepang untuk mengekspor beras kualitas tinggi.
Produsen beras lainnya telah lama mengajukan permintaan ijin ekspor tetapi proses ini terhambat.
Seorang pejabat pemerintah Jepang mengatakan beberapa calon distributor di Tiongkok telah menunggu tiga tahun untuk bisa memulai menjual beras dari Jepang ini. (yns)
Asosiasi Federasi Koperasi Pertanian Nasional Jepang menyebut volume impor beras dari Jepang ke Tiongkok masih kecil, 160 ton tahun lalu, namun angka ini tiga kali lebih besar dari 2013.
Satu trend yang menggambarkan sikap tidak percaya konsumen di Tiongkok terhadap produk-produk pertanian domestik yang semakin tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Beras Jepang tidak terpolusi logam berat.”
Polusi industri membanjiri tanah dan air tawar di Tiongkok. Pada Mei 2013, para pejabat di provinsi Guangdong mengatakan 44 persen sampel beras mengandung tingkat logam kadmium pada tingkat berlebihan.
Satu studi dari Kementerian Perlindungan Lingkunan Hidup April lalu memperkirakan bahwa 16,1 persen tanah di Tiongkok telah terkontaminasi.
Di sebagian wilayah negara itu, polusi tanah sangat buruk sehingga petani beras pun menolak mengkonsumsi produk hasil tanaman mereka sendiri.
Setelah pengungkapan kandungan logam kadmium ini, sejumlah konsumen Tiongkok mulai berpindah ke beras asal Thailand sebagai pengganti yang aman dan terjangkau.
Sebaliknya, beras dari Jepang tidak murah dan tidak mudah ditemukan di Tiongkok.
Berak dari Jepang yang diimpor oleh COFCO dijual dengan harga 74 yuan per kilogram di PinStore, satu supermarket daring milik perusahaan dagang Jepagn Sumitomo Corp.
Sementara harga beras lokal dijual 7,5 yuan per kilogram.
Ketika permintaan bertambah, konsumen Tiongkok pun mulai melirik ke perusahaan dagang online seperti Taobao, milik Alibaba, untuk membeli beras langsung dari Jepang.
Taobao mengatakan seseorang bahkan membahar hingga 1.499 yuan untuk membeli lima kilogram beras jepang.
Harga yang mahal ini tidak menjadi halangan bagi sejumlah orang.
“Lebih enak dari beras Tiongkok. Sepadan dengan harganya - rasa dan bentuknya bermutu tinggi,” tulis seorang pembeli di situs Taobao.
Untuk memenuhi permintaan, sejumlah produser beras Tiongkok mengatakan mempergunakan bibit padi dari Jepang dan mempromosikan beras mereka sebagai alternatif yang aman dari produk beras domestik lain.
Zhejiang Xinxie Yueguang Agricultural Science dan Technology mengatakan beras bermerk Echizen produknya aman dan ditanam dengan “air dari sumber-sumber murni dan kendali kualitas yang ketat”. Bungkus beras ini menyebut produk itu merupakan varietas beras Jepang.
Tetapi beras Echizen ditanam di wilayah Changxing, satu pusat produksi bateri di propinsi Zhejiang. Pembuatan batere bisa sangat menyebabakan polusi.
Li Jun, manajer umum di Zhejiang Xinxie Yueguang, menegaskan beras produknya telah lolos dari uji coba timbal, kadmium, merkuri, pestisida dan zat-zat kimia lain yang dilakukan oleh pemeriksa pemerintah.
Li menambahkan bahwa perusahaan ini juga telah menemukan tempat menanam beras yang tidak terpolusi.
Warga Tiongkok mengkonsumsi sekitar 120 juta ton beras per tahun dan negara ini mengimpor lebih dari 2,2 juta ton dalam 11 bulan pertama 2014, termasuk 1,2 ton dari Vietnem dan 626 ribu ton dari Thailand.
Japang merupakan eksportir bera yang kecil, hanya 3.777 yon pada Januari hingga November 2-14, tetapi negara ini berniat meningkatkan ekspor ke negara-negara Asia sebagai bagian dari upaya lebih luas mendorong lebih banyak ekspor hasil pertanian.
Akan tetapi, jika trend di Tiongkok ini cukup positif, upaya meningkatkan ekspor melalui jalur-jalur normal terlihat lambat: pihak berwenang Tiongkok hanya memberi ijin pada produsen beras Jepang untuk mengekspor beras kualitas tinggi.
Produsen beras lainnya telah lama mengajukan permintaan ijin ekspor tetapi proses ini terhambat.
Seorang pejabat pemerintah Jepang mengatakan beberapa calon distributor di Tiongkok telah menunggu tiga tahun untuk bisa memulai menjual beras dari Jepang ini. (yns)
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL
TERKAIT
TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK