Agenda Supremasi Hindu Halangi PM India Mereformasi Ekonomi

Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 03 Feb 2015 11:48 WIB
Upaya PM India mendorong agenda reformasi ekonomi ditentang elemen garis keras Hindu partainya yang memiliki agenda membuat India menjadi negara Hindu.
SukarelawanRashtriya Swayamsevak Sangh atau RSS, sayap ideologi BJP berlatih, organisasi ini mendukung ide menghindukan India, tetapi tidak ada bukti terlibat aktif mendorong agenda garis keras. (Reuters/Amit Dave)
Rishikesh, India, CNN Indonesia -- Di satu tempat peristirahatan spiritual atau ashram di dekat sungai Gangga di kaki gunung Himalaya, Sakshi Maharaj seorang pendeta agama Hindu yang kini menjadi politisi India menirukan orang sedang mendayung untuk menggambarkan situasi jika pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi tidak mendengar tuntutan kelompok nasionalis Hindu.

“Modi harus seperti pendayung; satu dayung terpusat pada perekonomian dan dayung lainnya berkonsentrasi pada agenda Hindu,” ujar Maharaj yang mengenakan jubah dan bersila di atas tempat tidur.

Dia memutar jari-jari yang penuh dengan berlian ke atas ketika menjelaskan kapal akan berputar jika dayung dikayuh tidak seimbang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pendeta agama Hindu yang didakwa dengan tuduhan mencetus kerusuhan dan mendorong kekerasan di masyarakat ini, merupakan perwujudan elemen garis keras agarama di partai Modi yang membuat agenda reformasi ekonomi tertatih-tatih.

Dalam beberapa bulan terakhir, Maharaj menyebabkan kemarahan ketika menggambarkan pembunuh Mahatma Gandhi yang seorang Hindu nasionalis sebagai pahlawan.

Dia juga mengatakan kaum ibu beragama Hindu harus melahirkan empat anak untuk memastikan agama Hindu tetap abadi, dan meminta umat Hindu yang pindah agama menjadi Muslim atau Kristen dijatuhi hukuman mati.

Untuk pertama kali sejak pemilu tahun lalu, beberapa anggota parlemen dari partai Bharatiya Janata, BJP, yang merupakan partai Modi, menentang kebijakan menitikberatkan perhatian untuk memperbaiki ekonomi dan tata kelola, dan bukan pada promosi ajaran Hindu.

Situasi ini menjadi ujian bagi otoritas seorang pemimpin yang meraih kekuasaan dalam tingkat yang tidak pernah terjadi sejak Indira Gandhi lebih dari tiga dekade lalu itu.

Politisi garis keras Hindu yang tidak sabar dengan penolakan Modi untuk mendukung program-program mereka mulai menerapkan agenda mereka sendiri.

Maharaj, misalnya, ingin agar umat Hindu dilarang pindah agama, dan penerapan hukuman mati bagi warga yang memenggal sapi yang merupakan hewan suci dalam agama Hindu.

Satu rapat paripurna Parlemen baru-baru ini diwarnai protes terkait upaya garis keras memaksa umat Islam dan Kristen pindah agama menjadi pemeluk Hindu, yang menggagalkan RUU investasi asing penting yang sebelumnya disepakati untuk diloloskan. 

Modi pun harus mempergunakan perintah presiden untuk mengarahkan kebijakan pemerintah, tetapi hal ini dipandang sebagai langkah sementara yang tidak bisa menggantikan reformasi yang perlu dilakukan dalam mengatasi perlambatan perekonomian India.

“Modi memiliki masalah besar dengan elemen-elemen ekstrimis ini,” kata S. Chandrasekharan, direktur Grup Analisis Asia Selatan di New Delhi.

“Jika dia gagal mengendalikan mereka, mereka akan…memeras energi yang dibutuhkan untuk melakukan reformasi.”

Sementara itu dalam kunjungan ke India, Presiden Barack Obama memperingatkan bahwa keberhasilan negara itu tergantung pada kemampuannya untuk tidak terpengaruh garis-garis keagamaan. Satu isyarat bahwa dunia internasional memperhatikan perkembangan politik di India. 

“Saya Orang Kuat”

Di tempat peristirahatan spiritual atau ashram, murid-murid berusia tua dengan janggut beruban membungkung untuk mencium kaki Maharaj, yang mengenakan kaos kaki coklat dengan sendal, turban berwarna oranye, kaca mata buatan Dolce Gabbana dan satu jam emas berukuran besar.

Dengan klaim memiliki 10 juta pengikut, Maharaj yang sudah empat kali menjadi anggota parlemen mendapat dukungan melalui satu jaringan yang terdiri dari puluhan ashram dan universitas.
Sakshi Maharaj, anggota parlemen dari BJP, merupakan elemen garis keras partai penguasa yang menginginkan agenda menjadikan India negara Hindu menjadi agenda utama pemerintah. (Reuters/Anindito Mukherjee)
“Saya sadar bahwa saya orang kuat,” ujar Maharaj. “Saya bisa membuat satu pemerintah gagal atau berhasil.”

Polisi telah mendakwa Maharaj dengan tuduhan kerusuhan dan memanasi massa setelah membantu meruntuhkan masjid yang dibangun pada abad ke-16 di Ayodhya pada 1992. Insiden ini menewaskan sekitar 2.000 orang.

Dia mengaku ada ketika masjid itu dihancurkan, tetapi mengatakan tidak bisa menghentikan massa.

Di India proses pengadilan satu kasus bisa memakan waktu beberapa dekade akibat kekurangan hakim.

Modi akan mengetahui dengan pasti apakah elemen radikal ini membuat pemilih menjauhkan diri pada saat BJP berlaga di pemilu New Delhi. Dan bulan ini juga, pemerintah harus mengajukan rencana anggaran dan mencoba melaksanakan tiga keputusan darurat di parlemen.

Pada Desember, Modi mengatakan kepada parlemen bahwa perilaku mereka berdampak negatif pada partai, dan memperingatkan mereka untuk tidak melewati Lakshma Rekha, satu garis terlarang dalam mitologi Hindu.

“Pesannya jelas: tidak ada ruang untuk mengalihkan perhatian dari masalah ekonomi,” kata G.V.L. Narasimha Rao, juru bicara BJP.

“Permainan Catur”

Pertarungan arah kebijakan pemerintah menjadi masalah pelik bagi Modi, karena dia dan partainya secara ideologi berakar pada Hindutva atau Kehinduan, satu konsep yang terkadang didefinisikan pada penentangan keras terhadap Muslim dan Kristen.

Modi sendiri terus menerus membantah tuduhan bahwa, sebagai menteri utama Gujarat, dia tidak berbuat cukup untuk mencegah kerusuhan yang menewaskan lebih dari 1.000 orang yang sebagian besar dalam Muslim.
Perdana Menteri Narendra Modi bertekad untuk menempatkan reformasi ekonomi sebagai agenda utama pemerintah, tetapi harus menghadapi kelompok garis keras Hindu dari partainya sendiri. (Reuters/Jim Bourg)
Penyelidikan Mahkamah Agung India telah memutuskan tidak ada bukti untuk mengadili Modi dalam kasus ini.

Seorang pejabat Rashtriya Swayamsevak Sangh atau RSS, sayap ideologi BJP, mengatakan bahwa kelompok ini mendukung anggota parlemen seperti Maharaj yang berjuang untuk membuat India sebagai Negara Hindu.

“Kami akan mendukung mereka karena tujuannya untuk agama Hindu,” ujar pejabat RSS yang tidak mau disebutkan namanya.

Namun, tidak ada bukti bahwa RSS secara aktif terlibat mendorong agenda kelompok garis keras.

Hubungan Modi dengan kelompok Hindu radikal “bisa digambarkan sebagai permainan catur,” ujar Ramchandra Guha, pakar sejarah terkenal India.

“Kedua kubu memiliki tujuan sama yaitu membuat agenda supremasi Hindu, tetapi mereka menerapkan strategi berbeda dalam mencapainya.”

Maharaj mengatakan sebagian besar warga India, termasuk Modi, secara pribadi berpandangan sama dengan dia, dan dia akan terus mendorong supremasi Hindu.

“Satu-satunya perbedaan adalah dia bermain halus, dan mungkin kami lebih kasar,”kata Maharaj. “Kami mungkin harus menyelaraskan pesan kami, tetapi inti pesan itu tetap sama.”

(yns)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER