MILF Bantah Sembunyikan Pelaku Bom Bali

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Selasa, 03 Feb 2015 16:28 WIB
Front Pembebasan Islam Moro (MILF) membantah menyembunyikan Marwan, anggota Jemaah Islaminyah yang dituduh menjadi pelaku bom Bali tahun 2002 lalu.
Operasi Polisi Filipina berubah menjadi pertempuran dengan militan Pejuang Kebebasan Islami Bangsamoro, atau BIFF. Sebanyak 44 petugas kepolisian tewas, sementara 12 lainnya terluka. (Jeoffrey Maitem/Getty Images)
Kuala Lumpur, CNN Indonesia -- Ketua negosiator dari Front Pembebasan Islam Moro (MILF), Mohagher Iqbal menyatakan bahwa mereka tidak menyembunyikan Zulkifli bin Hir atau yang biasa disebut Marwan, anggota militan Jemaah Islamiyah asal Malaysia yang diduga terkait dengan serangan bom Bali tahun 2002 silam dan Basit Usman, komandan faksi kelompok militer Pejuang Kebebasan Islam Bangsa Moro, BIFF.

Iqbal juga membantah bahwa Presiden Filipina, Benigno Aquino, meminta MILF untuk memberikan jalan bagi pasukan keamanan pemerintah untuk menangkap Usman, yang lolos dari penangkapan Pasukan Khusus Kepolisian (SAF) pada 25 Januari lalu di kota Mamasapano, Provinsi Maguindanao, Filipina.

"Kita tidak menyembunyikan Marwan. Marwan bergabung dengan BIFF," kata Iqbal kepada para wartawan dalam konferensi pers bersama dengan panel perdamaian pemerintah yang dipimpin oleh Miriam Coronel-Ferrer, dikutip dari media Filipina, Inquirer, Sabtu (31/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya tidak ingin terdengar filosofis tetapi Anda tidak memberikan seseorang yang tidak bersama dengan Anda, " kata Iqbal ketika ditanya apakah MILF akan menyerahkan Usman jika ia berada di wilayah MILF.

Iqbal juga mengatakan ia tidak ingin MILF disalahkan atas bentrokan yang terjadi antara BIFF dan SAF pada pekan lalu di Mamasapano. Iqbal menyatakan bahwa MILF menderita juga kerugian yang cukup besar, yaitu sebanyak 18 anggotanya tewas dan 14 lainnya terluka.

"Saya sangat berharap bahwa kebenaran akan segera terungkap yang menyatakan bahwa MILF telah melakukan hal yang benar. Kami telah melakukan segalanya, termasuk konferensi pers ini, sehingga kita berusaha menyelesaikan masalah dengan cara yang sangat objektif," kata Iqbal, sembari memberikan nama anggotanya yang tewas dan terluka.

"Orang-orang Bangsamoro juga banyak menderita dalam konflik di Mindanao, sebagai hasil dari beberapa pembantaian di berbagai bagian Bangsamoro," kata Iqbal melanjutkan.

"Pertemuan di Mamasapano, Maguindanao, tidak dimaksudkan oleh kedua sisi. Peristiwa itu adalah murni bentrokan. Operasi polisi juga ditujukan kepada BIFF, yang menyembunyikan Marwan dan Basit Usman," ujar Iqbal.

Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Filipina, Manuel Roxas, menyatakan terdapat kemungkinan besar bahwa Marwan tewas di daerah pedalaman Mamasapano, Filipina Selatan, Minggu (25/1).

Operasi tersebut berubah menjadi pertempuran antara polisi dengan militan BIFF. Sebanyak 44 petugas kepolisian tewas, sementara 12 lainnya terluka dalam operasi tersebut.

MILF menyatakan, operasi polisi tersebut tidak dikoordinasikan dengan MILF sebelumnya, seperti yang disyaratkan dalam perjanjian gencatan senjata.

Insiden tersebut sontak memicu pertanyaan soal kesepakatan damai antara pemerintah Filipina dengan MILF.

Pemerintah Filipina dan MILF akan tetap berdamai

Sementara, pemerintah Filipina dan MILF menyatakan akan terus memperkuat komitmen perdamaian mereka yang telah lama berlangsung di Mindanao.

Dilaporkan kantor berita Malaysia, Bernama, kedua belah pihak mengadakan Sidang Istimewa Panel untuk membicarakan proses normalisasi di Kuala Lumpur, pada 29-31 Januari lalu. 

Baik MILF ataupun pemerintah Filipina menandatangani Protokol Pelaksanaan Kerangka Acuan Badan Pengosongan Independen, atau IDB, di hadapan Fasilitator Malaysia, Tengku Datuk Ab Ghaffar Tengku Mohamed dan ketua IDB, Haydar Berk.

Ketua Panel Pemerintah Filipina, Prof Miriam Coronel Ferrer, mengatakan bahwa pemerintah sedang mengerahkan segala upaya untuk melanjutkan jalan menuju perdamaian dengan "saudara-saudara kita" di Mindanao.

"Sebagai bagian dari langkah pembangunan kepercayaan kami, GPH dan MILF telah bersepakat untuk melakukan beberapa langkah. Kami akan memulai persiapan dengan bantuan dari IDB dan pesukan keamanan kami untuk penyerahan senjata tahap awal yang dimiliki MILF," kata Ferrer, Sabtu (31/1).

Ferrer mengatakan pada tahap awal, sebanyak 145 anggota MILF akan dinonaktifkan dan diserahkan kepada IDB pada pekan ini. Sebagai timbal balik, pemerintah akan menyiapkan paket sosial ekonomi yang akan diberikan kepada para pejuang yang dinonaktifkan.

"Hal ini untuk memudahkan jalan mereka untuk produktif dan menjalani kehidupan sipil di komunitas masing-masing," kata Ferrer.

"Kami percaya bahwa perdamaian adalah jalan yang terbaik. Kami tidak ingin kembali ke situasi tahun 1970-an, dengan adanya konfrontasi antara gerilyawan dan Pemerintah Filipina," tambah Ferrer.

Sependapat dengan Ferrer, Iqbal juga menyatakan akan membantu menciptakan perdamaian di Mindanao.

"Tidak akan ada yang dapat menghentikan usaha kami untuk menciptakan kedamaian di Mindanao, insya Allah," kata Iqbal. (ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER