Washington, CNN Indonesia -- Para pejabat AS memperkirakan pembakaran pilot Yordania yang disandera ISIS akan memperkuat posisi Yordania dalam koalisi internasional yang menyerang posisi kelompok ini di Suriah.
Para pejabat AS yang tidak mau disebutkan namanya ini menyebut Yordania belum menarik diri dari operasi serangan udara terhdaap ISIS sejak pilot Mouath al-Kasaesbeh disandera setelah jet tempurnya jatuh di Suriah timur laut pada Desember.
Seorang pejabat mengatakan bahwa pembunuhan al-Kasaesbeh justru akan “memiliki dampak keras” di Yordania.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tetapi operasi serangan udara ini berisiko bagi Yordania yang memiliki wilayah kantung pendukung ISIS dan tidak terlalu ingin menggemborkan peran militernya di negara tetangga Suriah.
Pada Selasa (3/1) ISIS mengunggah video yang menunjukkan pembakaran hidup-hidup al-Kasaesbeh.
Rekaman video ini muncul di hari ketika Raja Abdullah berkunjung ke Washington dan pemerintah AS mengumumkan rencana meningkatkan bantuan tahunan ke negara itu dari US$660 juta menjadi US$1 miliar.
“Reaksi Yordania atas pembunuhan brutal pilotnya akan kuat dan besar, dan reaksi Yordania atas insiden ini adalah untuk lebih terlibat, bukannya malah menarik diri,” ujar Senator Lindsey Graham dari partai Republik yang hadir dalam pertemuan anggota senat AS dengan raja Abdullah di Washington.
Baru-baru ini para pejabat Yordania mengatakan bahwa kemungkinan pemerintah akan meningkatkan peran mereka dalam pertempuran melawan ISIS, meski belum jelas rincian bentuk bantuan baru dari Amman itu.
Koalisi rentan antara negara-negara Arab termasuk Yordania merupakan dukungan simbolis dan praktis terhadap Presiden Barack Obama terkait operasi serangan udara ke ISIS di Suriah.
Sejumlah sekutu Eropa Washington melakukan serangan udara di Irak, atas permintaan Baghdad, tetapi mereka menolak terlibat di Suriah.
“Saya memandang Yordania tidak akan menarik diri dari koalisi. Negara ini bahkan akan meningkatkan keterlibatan mereka,” ujar Marwan Muasher, mantan perdana menteri Yordania dan duta besar di Washington.
 Video yang diunggah ISIS memperlihatkan pembakaran hidup-hidup pilot Yordania, namun pemerintah negara itu diperkirakan tidak akan keluar dari koalisi. (Reuters TV/social media) |
Muasher mengatakan Yordania tidak akan mengirim tentara ke Suriah tetapi akan meningkatkan serangan udara dan berbagi data intelijen.
Sementara itu, mantan kepala kontra-terorisme departemen luar negeri Amerika Serikat, Daniel Benjamin, mengatakan ISIS mempergunakan brutalitas ekstrim yang bertujuan menarik lebih banyak anggota, bukan untuk memecah koalisi.
“Tetapi, pada akhirnya kekejaman dan kesalahan tata kelola mereka yang berada di bawah perintah ISIS akan membuat lebih banyak umat Muslim yang menentang keras kelompok ini, dan memperkuat tekad anggota koalisi,” ujar Benjamin yang kini mengajar di Universitas Dartmouth, AS.
(yns)