Taiwan, CNN Indonesia -- Korban meninggal kecelakaan pesawat TransAsia di Taipei, Taiwan bertambah. Diberitakan USA Today, setidaknya 26 orang meninggal dan 15 selamat dari pesawat yang baru lepas landas lalu terjatuh ke dekat sungai, Rabu (4/2) itu. Menurut Reuters, total penumpang ada 58 orang.
Artinya, ada 17 orang yang belum ditemukan. Mereka dikhawatirkan telah meninggal dunia.
Mengutip USA Today, tim penyelamat dari Taiwan menggunakan derek besar untuk mengangkat tubuh pesawat ATR 72-600 buatan Perancis dari lokasi jatuhnya. Itu dilakukan setelah korban meninggal maupun selamat diangkut ke daratan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jatuhnya pesawat TransAsia itu terekam dari sebuah kendaraan yang kebetulan melintas di jalan layang Taipei. Terlihat pesawat miring secara tajam ke kiri. Sayap kirinya terjepit pinggiran jalan layang, sebelum akhirnya badan pesawat terjatuh ke sungai di bawahnya.
Tim penyelamat langsung ke lokasi, di mana potongan besar badan pesawat terlihat menonjol di Sungai Keelung. Tim menggunakan perahu karet mengangkut korban dan puing-puing pesawat.
"Mereka yang duduk di bagian depan pesawat yang lebih banyak kehilangan nyawa," kata Wu Jun-Hong, petugas pemadam kebakaran Taipei yang terlibat dalam tim penyelamat gabungan.
Kebanyakan 53 penumpang dan lima awak kabin yang lepas landas dengan TransAsia dari Taipei berasal dari Tiongkok menuju Pulau Kinmen. Sebanyak 31 penumpang merupakan turis dari Xiamen, dekat Tiongkok. Mereka sedang tur kelompok yang seharusnya naik pesawat berikut. Tapi jadwal mereka dimajukan menjadi Rabu pagi.
Direktur TransAsia, Peter Chen mengatakan, kontak dengan pesawat hilang sekitar empat menit setelah lepas landas. Ia mengatakan, faktor cuaca bukan yang menjadi penyebabnya.
Kotak hitam telah ditemukan, dan berdasarkan rekaman percakapan antara pilot di kokpit pesawat dengan menara kendali lalu lintas udara, ada pesan "mayday" tiga kali diucapkan, sesaat setelah pesawat itu lepas landas.
Situs liveatc.net mengunggah rekaman pembicaraan, "
Mayday Mayday engine flameout".
Nasib pilot pesawat, Liao Jianzong belum diketahui. Menurut CAA, Jianzong punya pengalaman hampir lima ribu jam terbang sebelum mengemudikan TransAsia nahas itu. Diketahui, pilot itu berasal dari keluarga tak mampu, orang tuanya harus berjualan baju di jalanan.
Setelah ikut militer, Jianzong belajar bahasa Inggris untuk bisa mendapat pekerjaan di penerbangan komersial.
Ini merupakan musibah kedua TransAsia dalam setahun terakhir. Sebelumnya, Juli 2014 pesawat ATR 72 juga kecelakaan di tengah cuaca badai, saat mencoba mendarat di Pulau Penghu. Kejadian itu menewaskan 48 orang dan melukai 10 lainnya.
(rsa/pit)