Pilot TransAsia Mungkin Mematikan Mesin yang Salah

Rizky Sekar Afrisia & Reuters | CNN Indonesia
Sabtu, 07 Feb 2015 03:00 WIB
Pilot sempat mematikan mesin sebelum jatuh ke sungai. Mesin pertama mengalami masalah 37 detik setelah lepas landas pada ketinggian 1.200 kaki.
Pesawat TransAsia kecelakaan di Taipei, Taiwan, Rabu (4/2) (Reuters/AMVID via Reuters TV)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pilot TransAsia sempat mematikan salah satu mesin pesawat sebelum jatuh ke sungai di Taipei dan menewaskan 35 orang, Rabu (4/2). Mesin itu kemudian dinyalakan kembali, namun ternyata tak mau hidup. Itulah yang akhirnya membuat pesawat terjatuh setelah mengindari gedung dan menghantam pembatas jalan layang di Taipei.

Keterangan itu disampaikan peneliti kecelakaan pesawat, Jumat (6/2) dan diberitakan Reuters. Dewan Keselamatan Penerbangan mengatakan setelah mempelajari rekaman dalam kotak hitam pesawat, alasan pilot mematikan mesin belum jelas. Namun, kurangnya daya mesin dipastikan menjadi penyebab pesawat ATR 72-600 yang nyaris baru itu stall segera setelah lepas landas.

"Mesin pertama mengalami masalah 37 detik setelah lepas landas pada ketinggian 1.200 kaki," kata Thomas Wang, Direktur Dewan Keselamatan Penerbangan. Pilot sempat mengumumkan flameout, seperti dalam rekaman pembicaraan menara kendali lalu lintas udara yang berisi komunikasi terakhir dari pemegang kendali pesawat, yang diunggah liveatc.net.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mayday mayday engine flameout."

Flameout terjadi ketika pasokan bahan bakar ke mesin terganggu atau ada sistem pembakaran yang rusak, sehingga mesin mati. Namun, belum ada satu pun dari kemungkinan itu yang muncul dari hasil penyelidikan. Saat pilot menginjak pedal gas, mesin bahkan masih beroperasi dengan baik.

"Kru penerbangan menginjak pedal gas mesin dua (sisi kanan). Mesin masih beroperasi, tapi tak ada daya listrik yang dihasilkan," katanya.

Menurut rekaman dan data di kokpit, pilot pun sempat memberi stall warning lima kali.

Wang melanjutkan, mesin kanan pesawat mengalami apa yang dinamakan auto-feather. Kondisi itu mengurangi dorongan ke baling-baling pesawat. Kru penerbangan memutuskan mengurangi daya di mesin kiri dengan mematikannya, lalu berusaha menyalakannya kembali. Namun ternyata, dorongannya tak cukup.

Artinya, pesawat bermesin ganda yang seharusnya masih bisa terbang dengan satu mesin itu kehilangan daya untuk kedua mesinnya.

Kru penerbangan menginjak pedal gas mesin dua (sisi kanan). Mesin masih beroperasi, tapi tak ada daya listrik yang dihasilkan.Thomas Wang
Masih belum ada penjelasan soal apa yang terlintas dalam pikiran pilot atau apa yang dikatakan instrumen pesawat pada kru penerbangan sehingga pengurangan daya itu dilakukan. Bukti yang ada, mengutip Reuters, menimbulkan pertanyaan apakah mereka dengan sengaja mematikan mesin yang salah.

"Itu terjadi, tapi sangat jarang," kata Paul Hayes, Direktur Keamanan di konsultan penerbangan British Ascend Flightglobal.

Salah satu kasus serupa ada pada tahun 1989. Saat itu, British Midlands Boeing 737 terjatuh di Inggris tengah setelah kru penerbangan mematikan mesin yang salah. Menurut penyidik, getaran asing dan kebisingan berkontribusi pada tragedi yang menewaskan 47 penumpang itu.

Hingga kini, pesawat TransAsia yang jatuh telah menewaskan 35 orang, sementara 15 lainnya selamat dan delapan lainnya masih hilang.

(rsa/pit)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER