Amman, CNN Indonesia -- Keluarga dari Kayla Mueller, pekerja kemanusiaan wanita asal Amerika Serikat yang disandera kelompok militan ISIS sejak Agustus 2013 berharap Mueller masih hidup, meskipun ISIS mengklaim wanita itu tewas dalam serangan udara Yordania ke markas ISIS pada Jumat (6/2).
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh perwakilan keluarga, orang tua Kayla, Carl dan Marsha Mueller meminta ISIS untuk menghubungi keluarga secara pribadi .
"Kalian menyatakan kepada kami bahwa Kayla diperlakukan sebagai tamu, sehingga keselamatan dan kesejahteraan Kayla adalah tanggung jawab Anda," kata Carl dan Marsha Mueller dalam sebuah surat yang ditujukan kepada "mereka yang menawan Kayla".
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelompok militan ISIS mengklaim bahwa Mueller ditahan di sebuah bangunan yang diserang jet tempur Yordania, pada Jumat (6/2).
Dalam pernyataan yang dimuat di situsnya, ISIS menyatakan bahwa seorang wanita, yang diidentifikasi bernama Kayla Mueller, terkubur di bawah reruntuhan bangunan tersebut setelah jet tempur Yordania menyerang Raqqa, Irak.
"Pesawat dari koalisi tentara salib mengebom posisi di luar kota Raqqa setelah shalat Jumat. Tidak ada pejuang terluka, tapi kita dapat memastikan bahwa sandera Amerika tewas dalam serangan tersebut," bunyi pernyataan ISIS, dikutip dari Al-Arabiya, Sabtu (7/2).
Namun, klaim ISIS tersebut tidak disertai dengan foto jenazah sebagai bukti Mueller telah tewas.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Marie Hard di Washington belum bisa mengonfirmasi kebenaran kabar itu.
"Saya tidak bisa mengonfirmasi laporan tersebut dengan cara apa pun. Kami mengakui memang ada sejumlah orang Amerika yang ditahan di luar negeri, termasuk oleh ISIS," kata Hard.
"Kami jelas sangat prihatin dengan laporan ini. Saat ini, kami belum dapat melihat adanya bukti yang menguatkan klaim ISIS tersebut," kata Bernadette Meehan, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, dalam sebuah pernyataan.
Sementara, juru bicara pemerintah Yordania, Mohammed al-Momani, menyakini bahwa kabar yang diklaim oleh kelompok para militan ISIS itu merupakan bualan semata.
“Saya sangat skeptis dengan informasi itu, (hanyalah) langkah untuk memanipulasi fakta sekaligus memanipulasi opini publik,” kata Momani kepada CNN, (6/2).
Hal yang sama juga dikatakan oleh Menteri Dalam Negeri Yordania, Hussein Majjali. Menurutnya, kabar yang dihembuskan ISIS merupakan contoh akrobat informasi publik yang seringkali dilakukan oleh kelompok teror ini.
“Mereka pernah mencoba untuk mengguncang kondisi internal Yordania, tapi itu tak berhasil, sekarang mereka mencoba membenturkan antara koalisi dengan akrobat informasi murahan,” katanya.
 Kayla Mueler (difoto bersama ibunya, Marsha Mueller) merupakan pekerja kemanusiaan dari Prescott, Arizona, AS, yang diculik di Aleppo, Suriah, pada Agustus 2013 lalu. (REUTERS/Mueller Family/Handout) |
Serangan jet tempur Yordania yang membombardir Suriah sebagai aksi balas dendam terhadap ISIS, pasca video eksekusi pembakaran hidup-hidup pilot Yordania, Muath al-Kassasbeh oleh ISIS tersebar, Rabu (4/2) lalu. Yordania langsung berang. Dua tahanan militan, termasuk Sajida al-Rhisawi yang penting bagi ISIS, dieksekusi gantung.
"Beberapa serangan udara diluncurkan menuju sasaran Daesh yang sudah dipilih sebelumnya," bunyi laporan televisi pemerintah setempat, dikutip dari Al-Arabiya, Sabtu (7/2). Daesh merupakan sebutan lain untuk ISIS, dalam bahasa Arab.
Yordania juga mengklaim telah mengirim jet tempur untuk menyerang gudang amunisi dan kamp pelatihan ISIS. Amerika Serikat mengaku ikut mendukung serangan.
Suka menolong sedari kecilKayla Mueler adalah pekerja kemanusiaan yang berasal dari Prescott, Phoenix, AS. Menurut keterangan resmi yang dirilis pihak keluarga, dari kecil Mueller selalu terdorong untuk membantu orang lain.
"Ketika ditanya apa yang membuatnya menjalankan misi kemanusian, dia berkata 'Saya menemukan Tuhan di mata mereka menderita. Jika ini adalah cara Tuhan mengungkapkannya kepada saya, maka saya akan melakukan ini selamanya'," bunyi pernyataan tersebut.
Selama masa studinya di SMA Tri City College Prep, Mueller menerima beberapa penghargaan, antara lain atas kontribusinya dalam organisasi kemanusiaan, seperti AmeriCorps dan Big Brothers Big Sisters
Mueller lulus dari Northern Arizona University pada tahun 2009 dan bekerja untuk kelompok bantuan kemanusiaan di India utara, Palestina, dan Israel sebelum kembali ke Arizona untuk bekerja sebagai sukarelawan di klinik HIV/AIDS dan tempat penampungan wanita.
Mueller mengunjungi perbatasan Turki-Suriah pada Desember 2012 untuk membantu pengungsi Suriah, bekerja sama dengan Dewan Pengungsi Denmark dan kelompok bantuan Support to Life.
Mueller diculik ISIS ketika meninggalkan rumah sakit yangt terletak di sebelah utara kota Aleppo, Suriah, pada Agustus 2013 lalu.
Orang tua Mueller mengatakan mereka sebelumnya tidak mau melaporkan penculikan Mueller karena mencemaskan keselamatan anak mereka sehingga mematuhi ancaman ISIS.
(ama)