Pangeran Charles Akan Minta Arab Saudi Hentikan Hukum Cambuk

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Senin, 09 Feb 2015 07:02 WIB
Pangeran Charles akan meminta Raja Salman bin Abdulaziz, untuk menghentikan hukuman cambuk kepada blogger ateis, Raif Badawi.
Pangeran Charles akan mengunjungi Arab Saudi pada Selasa (9/2) dan mencoba meluncurkan intervensi terhadap hukuman 1.000 cambuk kepada Raif Badawi. (Reuters/British Embassy in Mexico)
London, CNN Indonesia -- Pangeran Charles akan mendesak Raja Arab Saudi yang baru, Raja Salman bin Abdulaziz, untuk menghentikan hukuman cambuk kepada blogger ateis dan pemerhati hak sipil Raif Badawi.

Pangeran Charles akan mengunjungi Timur Tengah selama enam hari pada akhir pekan ini. Sang pangeran akan memulai turnya dengan mengunjungi Yordania, pada Senin (8/2), dan diharapkan juga mengunjungi Arab Saudi, Kuwait, Qatar dan Uni Emirat Arab.

Meskipun demikian, belum ada laporan terkait agenda dan isi pertemuan sampai sang pangeran tiba di Timur Tengah.
 
Dilaporkan media Inggris, The Independent, Pangeran Charles akan mengunjungi Arab Saudi pada Selasa (9/2) dan mencoba meluncurkan intervensi terhadap hukuman 1.000 cambuk kepada Badawi, yang ditangkap pada bulan Juni 2012 lalu atas tuduhan menghina Islam dan kejahatan siber.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sumber diplomatik Inggris yang berbicara atas syarat anonimitas menyatakan bahwa intervensi tersebut mungkin membawa pengaruh lebih karena status kerajaan Inggris yang disandang Pangeran Charles.

Dilaporkan Reuters, organisasi pemerhati HAM, Amnesty International mendesak Pangeran Charles untuk menggunakan kunjungannya ke Arab Saudi untuk menggelar diskusi mendalam tentang hak asasi manusia.

"Kami tidak berharap Pangeran Charles tidak akan berjalan di karpet merah dan menolak perjamuan negara, sehingga menjadi juru kampanye bagi hak asasi manusia. Namun, kami berharap bahwa dia akan menggunakan kunjungan ini untuk berdiskusi dengan kerajaan (Inggris)," kata Kate Allen, direktur Amnesty International Inggris.

"Kami membutuhkan pemerintah Inggris untuk berbuat lebih banyak pada kasus Raif , semoga status diplomatik Charles bisa membantu untuk mengabulkan kebebasan (Raif)," kata Allen melanjutkan.

Badawi, adalah aktivis yang dinilai menghina Islam melalui sejumlah tulisannya di website "Free Saudi Liberal" pada 2008. Tulisan Badawi yang bertujuan untuk mendorong diskusi tentang Islam, khususnya tindakan polisi syariah dalam kehidupan pribadi warga Saudi dinilai sebagai buah pemikiran liberal.

Pengadilan Jeddah, Arab Saudi menetapkan Badawi harus menerima hukuman 10 tahun penjara, denda sebesar 176.000 Poundsterling, atau setara dengan Rp3,3 miliar, dan 1.000 kali cambukan, yang akan dilakukan secara berkala, yaitu 50 kali cambukan setiap selesai shalat Jumat.

Badawi menerima 50 cambukan pertama pada hari Jumat pekan kedua bulan Januari tepatnya pada 16 Januari. Setelah itu, Badawi dibawa kembali ke dalam tahanan. Hukuman cambuk kepada Badawi, kerap dilakukan di ruang publik, semakin memicu kecaman dari masyarakat internasional.

Badawi seharusnya menerima 50 cambukan lagi pada Jumat pekan ketiga Januari, namun hukumannya ditunda terkait kondisi kesehatan Badawi yang memburuk.

Selain Amnesty International, Komisi HAM PBB juga meminta Arab Saudi untuk berhenti menghukum Badawi dengan hukuman cambuk.

Radikalisasi meningkat di Inggris

Pada Minggu (7/2), sebelum memulai kunjungannya ke Timur Tengah, Pangeran Charles sempat menyebutkan bahwa aksi radikal dari pemuda Muslim meningkat. Sang pangeran mendesak para pemuda agar mereka menghormati nilai-nilai yang dijunjung kerajaan Inggris.

"Ini adalah salah satu kekhawatiran terbesar... Saya pikir ini fakta yang mengkhawatirkan," katanya dalam wawancara khusus kepada kepada BBC Radio 2, dikutip dari The Independent, Senin (8/2).

"Dan khususnya di negara tempat kita tinggal, nilai-nilai luhur kita junjung tinggi. Mereka datang ke sini, lahir di sini, bersekolah di sini dan seharusnya mematuhi nilai-nilai dan pandangan yang dijunjung di sini," kata sang pangeran melanjutkan.

Pemerintah Inggris menduga bahwa terdapat sekitar 600 warga Inggris yang pergi ke Suriah atau Irak, dan berjuang bersama kelompok militan ISIS. Sekitar setengah dari jumlah tersebut bahkan diperkirakan telah kembali ke Inggris, menimbulkan kekhawatiran terjadi serangan teror di Inggris. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER