MILF Kembalikan Senjata Polisi Filipina yang Tewas

Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 10 Feb 2015 14:45 WIB
Kelompok Pembebasan Moro berencana mengembalikan senjata anggota pasukan khusus polisi yang tewas dalam operasi serangan berdarah untuk selamatkan proses damai.
Presiden Benigno Aquino menghadapi krisis politik akibat operasi polisi terhadap kelompok pemberontak yang gagal. (Reuters/Romeo Ranoco)
Manila, CNN Indonesia --
Kelompok pemberontak Muslim terbesar Filipina, MILF, berjanji mengembalikan senjata milik komando polisi yang tewas dalam pertempuran berdarah dalam upaya menyelamatkan proses perdamaian dengan pemerintah negara itu.

“MILF memutuskan untuk mengembalikan senjata dan barang-barang pribadi dari anggota SAF yang tewas untuk menghormati proses perdamaian,” ujar Mohagher Iqbal, juru runding MILF, dalam surat ke Senator Grace Poe yang memimpin penyelidikan terbuka atas serangan polisi ini.

Iqbal mengatakan bahwa MILF masih menghitung seluruh senjata polisi Filipina “untuk dikembalikan.” Kelompok pemberontak ini juga berjanji untuk hadir dalam penyelidikan untuk memperlihatkan ketulusan mencapai perdamaian.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebanyak 44 anggota Pasukan Khusus Polisi, SAF, tewas dalam operasi untuk menangkap Zulkifli bin Hir, tersangka teroris yang diduga terkait dengan al Qaidah dan menjadi buronan Amerika Serikat dengan uang hadiah sebesar US$5 juta.

Operasi ini gagal karena pasukan polisi itu diserang oleh kelompok pemberontak setelah berhasil menewaskan Zulkifli.

Operasi polisi yang gagal ini membuat Presiden Benigno Aquino menghadapi krisis politik terbesar setelah muncul informasi bahwa seorang jenderal polisi yang sedang diberhentikan sementara yang juga teman dekat presiden memainkan peran penting dalam perencanaannya.

Masyarakat pun mendesak Aquino untuk membatalkan kesepakatan damai dengan Front Pembebasan Islam Moro, MILF, yang ditandatangani Maret lalu.

Anggota parlemen Filipina saat ini sedang mempertimbangkan satu undang-undang untuk pembentukan pemerintah otonomi baru bagi Muslim di Filipina selatan yang dikenal dengan nama Bangsamoro. Undang-undang ini merupakan komponen penting dalam kesepakatan damai tersebut.

Parlemen sebelumnya berjanji untuk meloloskan RUU itu pada Maret dan menyelenggarakan referendum pada Mei.

Namun, Senator Francis Escudero mengatakan RUU itu tidak akan lolos jika diajukan sekarang akibat perasaan emosional yang masih tinggi setelah operasi polisi itu.

Sementara itu Rufus Rodiquez, ketua panel khusus di DPR yang mempertimbangkan RUU ini, mengatakan bahwa dukungan terhadap RUU ini mulai berkurang.

“Saya mengakui bahwa ada pengurangan dukungan di komite ad hok dan anggota Kongres,” tambahnya.

Komandan SAF Jenderal Getulio Napenas mengatakan di depan komite penyelidikan Senator Poe bahwa dia bertanggungjawab penuh atas operasi yang gagal itu.

Dia mengatakan tidak memberitahu menteri dalam negeri dan pelaksana kepala polisi mengenai operasi rahasia yang berakhir setelah dia meminta bantuan tentara AS untuk mengevakuasi polisi yang luka. (yns)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER