Keluarga Bantah Sandera ISIS Asal Israel adalah Intel

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Jumat, 13 Feb 2015 10:15 WIB
Keluarga Muhammad Said Ismail Musallam, sandera ISIS asal Israel, membantah bahwa anak mereka memata-matai ISIS untuk badan intelijen Israel, Mossad.
Menurut keluarganya, Muhammad Musallam bekerja sebagai petugas pemadam kebakaran, dan bukan sebagai mata-mata untuk badan intelijen Israel, Mossad. (Reuters/Ammar Awad)
Yerusalem, CNN Indonesia -- Keluarga Muhammad Said Ismail Musallam, sandera ISIS asal Israel, membantah bahwa anak mereka bekerja sebagai intel untuk badan intelijen Israel, Mossad, yang bertugas mematai-matai kelompok militan tersebut.

Dalam artikel berjudul "Wawancara dengan Mata-mata Mossad, Israel" yang dirilis dalam majalah ISIS berbahasa Inggris, Dabiq, terlihat pernyataan dan foto Musallam.

Dalam artikel tersebut, Musallam menyatakan dia merupakan intel Mossad dan awalnya bergabung bersama ISIS di Suriah untuk memata-matai persenjataan, perekrutan anggota dan markas militer mereka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, menurut ISIS, penyamaran Musallam rupanya membangkitkan kecurigaan komandan ISIS. Penyamarannya terbongkar ketika Musallam menelepon ayahnya yang tinggal di Yerusalem Timur.

Dilaporkan media Israel, Yediot Aharanot, keluarga menampik dugaan bahwa Musallam berada di tangan ISIS sebagai mata-mata Israel.

Tidak mungkin. Dia seorang pria yang tidak memiliki hubungan dengan hal-hal ini," kata Ahmad, saudara kandung Mussalam, dikutip dari Yediot Aharonot, Kamis (12/2).

"Saya terkejut ketika saya melihat fotonya hari ini. Dengan jenggot dan rambut seperti itu, dia terlihat berbeda," kata Ahmad melanjutkan. 

Menurut Ahmad, Musallam sama seperti pria berusia 20 tahunan lainnya, yang tidak memiliki hubungan dengan Islam.

"Dia bertugas di pemadam kebakaran di Yerusalem Timur dan tiga bulan lalu dia bilang dia akan mengikuti kursus pemadam kebakaran," kata Ahmad.

"Setelah beberapa hari dia tidak ada kabar, kami kemudian mencarinya. Setelah berkordinasi dengan polisi, barulah kami mengetahui bahwa tidak ada kursus pemadam kebarakaran, dan bahwa dia pergi Turki tanpa memberi tahu kami," kata Ahmad.

Keluarga menduga Musallam ke Turki untuk berlibur, karena baru-baru ini dia juga mengunjungi kerabat di Yordania.

"Setelah kami tahu dia pergi ke Turki, dia menghubungi kami dan mengatakan dia diculik dan dibawa ke Suriah. Dia tidak tahu dia berada di wilayah mana di Suriah," kata Ahmad.

Ahmad menyatakan kontak terakhir dengan Musallam terjadi sebulan lalu, ketika Musallam mengontaknya di Facebook.

"Dia menghubungi saya melalui Facebook dan bilang dia tengah mengunjungi Suriah, dan dalam kondisi baik," kata Ahmad.

Sementara, ayah Mussalam, Said membenarkan bahwa kemudian Musallam sempat menghubunginya lewat telepon, namun untuk menyatakan bahwa dia telah diculik sebuah kelompok pemberontak dan dibawa ke Suriah.

Dalam percakapan di telepon, Musallam juga sempat menyatakan bahwa dia memerlukan uang tebusan agar dapat dibebaskan.

"Dia berkata, 'Ayah, saya membutuhkan US$200 atau US$300 agar mereka melepaskan saya'," kata Said, dikutip dari Reuters, Kamis (12/2).
Pejabat keamanan Israel menyatakan bahwa Muhammad Musallam mengunjungi Turki pada 24 Oktober 2014 dalam rangka bergabung bersama ISIS di Suriah. (Reuters/Ammar Awad)
Namun, sebelum Said sempat mengirimkan uang tebusan, Said dihubungi oleh seorang pria yang menyatakan bahwa Musallam telah melarikan diri dari penculiknya, namun nahas, dia kemudian disandera oleh ISIS.

Ahmad menyatakan bahwa keluarga mengetahui dugaan bahwa Musallam bergabung dengan ISIS dalah dari polisi.

"Ayah dan saudara saya ditanyai, tetapi pada awalnya kami tidak menerima teori itu. Aku tahu Muhammad (Musallam), akan selalu memposting kartun tentang Daesh, " kata Ahmad. Daesh merupakan istilah lain untuk menyebut ISIS.

Meskipun demikian, teman Musallam yang berbicara kepada Reuters dengan syarat anonimitas menyatakan bahwa Musallam menulis beberapa pesan bernada pro-ISIS di media sosial.

Namun, hingga berita ini ditulis, belum ditemukan media sosial milik Musallam tersebut.

Ahmad menyatakan bahwa pada akhirnya keluarga menyadari bahwa Musallam memang bergabung dengan ISIS. Kabar ini sangat berat diterima oleh keluarga dan menyebabkan kondisi kesehatan ibunya memburuk jauh.

"Dalam salah satu percakapan terakhir kami, Mussalam menyatakan paspornya disita sehingga tidak dapat kembali. Ayah pernah mencoba mentrasfer uang untuknya agar dia dapat kembali, namun kemudian tidak ada kabar lagi," kata Ahmad.

"Sekarang, setelah kami lihat apa yang dapat dilakukan ISIS kepada pilot Yordania, kami tidak tahu apa yang harus dilakukan. Saya rasa tidak tidak akan kembali kepada kami," kata Ahmad.

Dalam beberapa pekan terakhir, keluarga mengaku telah mencoba menghubungi organisasi internasional sehingga mereka bisa membantu membebaskan Musallam.

"Mereka menunjukkan kesediaan untuk membantu dan memintanya (Musallam) mencoba melarikan diri ke daerah tertentu. Namun saya rasa usaha itu gagal," kata Ahmad.

Sementara, pejabat keamanan Israel menyatakan bahwa Musallam mengunjungi Turki pada 24 Oktober 2014 dalam rangka bergabung bersama ISIS di Suriah .

"Dia pergi ke sana atas inisiatif sendiri, tanpa sepengetahuan keluarganya," kata pejabat yang tak ingin disebutkan namanya tersebut, sembari membantah bahwa Musallam bekerja sebagai intel Israel.

Pemerintah Israel sendiri telah meningkatkan pengamanan dan pemantauan terhadap terduga ISIS di negara tersebut. (ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER