Jakarta, CNN Indonesia -- Penembakan tragis terhadap tiga mahasiswa Muslim di Chapel Hill, North Carolina, AS, Selasa (10/2) sepertinya tak mendapat cukup perhatian dari media-media besar, khususnya media Barat.
Penembakan yang dilakukan oleh Craig Stephen Hicks, pria AS yang mengaku atheis terlambat diberitakan oleh sejumlah media Barat, seperti BBC, Reuters, dan CNN, yaitu pada Rabu (11/2), atau satu hari setelah insiden penembakan. Padahal, biasanya media Barat selalu tanggap terhadap peristiwa kriminal seperti ini.
Pemberitaan ini terlihat begitu berbeda dengan pemberitaan seputar serangan lainnya, seperti serangan di kantor majalah Charlie Hebdo di Paris pada akhir Januari lalu, atau serangan penembakan terhadap Michael Brown Brown di Missouri tahun lalu, yang selalu masuk dalam kategori
breaking news, atau berita terkini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kritik pun dilontarkan oleh sejumlah pengguna media sosial Twitter.
Melalui tagar #chapelhillshooting #alllivesmatter dan #muslimlivesmatter pengguna Twitter mengehembuskan kritik tajam kepada media-media, yang menuduh bahwa minimnya liputan soal insiden ini lantaran para korban yang merupakan umat Muslim.
"Di mana media ketika terjadi penembakan Chapel Hill? Tiga Muslim tewas dengan cara seperti dieksekusi, apakah itu bukan terorisme?," cuit seorang pengguna Twitter, seorang wartawan asal Mesir, Rabu (11/2).
"Terpaksa menonton tayangan berita pukul 9 pagi, dan dalam reportase selama 11 menit, tidak disebutkan sama sekali tentang penembakan Chapel Hill," kata pengguna Twitter lainnya, Maysoon Zayid.
Pembicaraan ramai di media terkait hal ini pun menjadikan tagar tersebut sebagai
trending topic, atau topik yang paling sering dibicarakan di Twitter. Pada Kamis (12/2), tagar #ChapelHillShooting menduduki posisi No. 2, sedangkan tagar #MuslimLivesMatter menduduki posisi No. 4 pada
trending topic internasional.
Menurut pengamat media, Dodi Ambardi dari Lembaga Survei Indonesia, fenomena ini kerap terjadi karena media Barat cenderung ingin memotret Muslim dengan citra yang buruk.
"Ada pola untuk memotret Islam dengan cara tertentu. Sama seperti memotret warga kulit hitam, mereka cenderung
stereotyping," kata Dodi, ketika dihubungi CNN Indonesia pada Jumat (13/2).
Selain itu, menurut Dodi, media cenderung mengikuti selera pasar. Dodi menilai pemberitaan media Barat yang minim terhadap serangan di Chapel Hill bisa jadi merupakan representasi pembacanya.
"Ya tergantung pembacanya. Mungkin saja itu representasi pola pikir masyarakatnya. Sayang sekali memang, hal ini terjadi pada saat serangan Chapel Hill tersebut," kata Dodi.
Penembakan di Chapel hill, North Carolina, menewaskan tiga mahasiswa Muslim, yaitu
Deah Shaddy Barakat, 23 tahun, istrinya, Yusor Mohammad, 21 tahun, dan adik Yusor, Razan Mohammad Abu-Salha, 19 tahun. Ketiganya, yang merupakan mahasiswa Universitas North Carolina, tewas ditembak di kepala oleh Craig Stephen Hicks pada Selasa (10/2) sekitar pukul 5 sore. (ama/stu)