Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menanggapi tawaran dari Presiden AS Barack Obama terkait sengketa nuklir dengan mengirimkan sebuah surat rahasia.
Dilaporkan Wall Street Journal, mengutip seorang diplomat Iran, pada Jumat (13/2), Khamenei menuliskan surat rahasia kepada Obama dalam beberapa pekan terakhir dalam menanggapi surat presiden dikirim pada bulan Oktober .
Surat Obama sebelumnya menyarankan kemungkinan kerja sama antara AS-Iran dalam memerangi kelompok militan ISIS jika tercapai kesepakatan nuklir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Surat Khamenei merupakan langkah untuk menghormati (surat Obama) namun, (surat tersebut) tidak menunjukkan komitmen apapun,” kata diplomat yang tidak mau disebutkan namanya tersebut, dikutip dari Reuters, Jumat (13/2).
Sementara, baik Gedung Putih dan maupun perwakilan Iran di PBB menolak untuk mengomentari laporan tersebut.
Khamenei mengatakan pekan ini dia bisa menerima kompromi dalam pembicaraan nuklir dan memberikan pembelaannya terkuatnya terkait keputusan Presiden Iran, Hassan Rouhani, untuk bernegosiasi dengan Barat. Kebijakan ini menuai kecaman dari kelompok garis keras di Iran.
Sengketa nuklir Iran dibahas oleh Amerika Serikat, Rusia, Tiongkok, Inggris, Perancis dan Jerman. Perbincangan ini ditujukan untuk mencapai kesepakatan yang meredakan kekhawatiran Barat bahwa Teheran akan menciptakan program senjata nuklir rahasia, sebagai imbalan atas pencabutan sanksi yang telah melanda ekonomi Iran.
Iran dan keenam negara adi daya tersebut gagal memenuhi tenggat waktu mencapai kesepakatan yang telah ditentukan sebelumnya, pada 24 November 2014. Kesepakatan ini dipandang penting untuk mengurangi risiko perang Timur Tengah yang lebih luas.
Kedua pihak sama-sama enggan mengurangi tuntutan—Iran setengah hati memenuhi permintaan Barat mengurangi centrifuge nuklir dan AS berat mencabut sanksi dan embargo terhadap Negeri Mullah itu.
Menurut laporan IAEA, Iran telah menghentikan 20 persen pengayaan uranium, salah satu langkah teknis untuk mengembangkan uranium untuk senjata. Iran juga menangguhkan aktivitas reaktor air berat dan Plutonium di Arak.
Iran juga berjanji akan membangun fasilitas untuk mengubah lima persen uranium yang telah dikayakan menjadi oksida yang tidak bisa digunakan lagi untuk pengayaan selanjutnya.
AS dan Uni Eropa, sebagai imbalannya, sepakat menghentikan beberapa sanksi ekonomi terhadap Iran di beberapa sektor, termasuk otomotif, emas dan perdagangan logam berharga, suku cadang pesawat dan ekspor petrokimia.
Teheran juga akan mendapatkan keringanan sanksi sebesar US$7 miliar, sebanyak US$4,2 miliar di antaranya berasal dari pemasukan perdagangan minyak yang rekeningnya dibekukan.
Negosiator telah menetapkan batas waktu akhir perbincangan untuk mencapai kesepakatan yaitu pada 30 Juni 2015. Sementara, sejumlah pejabat Barat menyatakan berharap menyepakati substansi kesepakatan pada Maret 2015.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang dijadwalkan berpidato Kongres AS terkait Iran pada 3 Maret mendatang telah bersumpah "untuk menggagalkan kesepakatan yang buruk dan berbahaya ini”.
(ama)