MILF Kembalikan 16 Senjata Polisi Filipina yang Tewas

Hanna Azarya Samosir/Reuters | CNN Indonesia
Rabu, 18 Feb 2015 18:53 WIB
Front Pembebasan Islam Moro atau MILF telah menyerahkan sebagian senjata yang pasukan polisi yang tewas dalam bentrok pada akhir Januari lalu.
Operasi Polisi Filipina berubah menjadi pertempuran dengan militan Pejuang Kebebasan Islami Bangsamoro, atau BIFF. Sebanyak 44 petugas kepolisian tewas, sementara 12 lainnya terluka.(Getty Images/Jeoffrey Maitem)
Manila, CNN Indonesia -- Kelompok pemberontak Islam terbesar di Filipina, Front Pembebasan Islam Moro atau MILF, telah menyerahkan 16 senjata laras panjang milik komando polisi yang tewas dalam pertempuran berdarah pada 25 Januari lalu. Hal ini dilakukan demi menjaga proses perdamaian antara kedua belah pihak yang terhenti setelah bentrokan.

Seperti dilansir Reuters pada Rabu (18/2), negosiator perdamaian dari MILF dan pemerintah Filipina bertemu di sebuah desa di jantung wilayah MILF di Mindanao untuk proses serah terima senjata tersebut.

Menurut juru runding perdamaian dari MILF, Mohagher Iqbal, pengembalian senjata merupakan wujud komitmen kelompoknya terhadap proses perundingan damai.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami adalah rekan dalam proses ini," ujar Iqbal.

Kongres menunda proses pemberian hukum otonomi baru bagi MILF hingga segala masalah yang diakibatkan insiden 25 Januari itu terselesaikan. Melalui proses pengembalian ini, Iqbal berharap dapat melancarkan penyusunan hukum tersebut.

Menyambut pernyataan Iqbal, penasihat perdamaian Presiden Benigno Aquino, Teresita Quinto, mengatakan bahwa upacara serah terima senjata merupakan bentuk kepercayaan dan etiket baik.

"Proses perdamaian memang terganggu, tapi tidak batal," katanya.

Masih ada sekitar 50 senjata dan alat lain milik polisi Filipina yang belum ditemukan.

Sebelumnya, Iqbal mengatakan insiden pada 25 Januari terjadi saat polisi menyisir kota Mamasapano di provinsi Maguindanao, wilayah yang dikuasai MILF, sekitar pukul 3 pagi. Polisi tengah memburu anggota Jemaah Islamiyah, Zulkifli bin Hir alias Marwan, dan seorang pembuat bom bernama Basit Usman.

Menurut Iqbal, operasi tersebut tidak dikoordinasikan dengan MILF yang merupakan salah satu syarat dalam perjanjian gencatan senjata.

Marwan sendiri dinyatakan tewas dalam baku tembak tersebut. Namun, Usman hingga kini masih buron. Usman adalah pelaku beberapa kasus pengeboman di Filipina yang buron sejak 2002 dan penangkapannya dihargai US$1 juta.

Sebelumnya, MILF berjanji akan membantu pencarian Usman dan buronan lainnya di wilayah mereka. Namun, Iqbal mengaku kelompoknya tidak tahu di mana Usman bersembunyi.

Beberapa anggota dewan Filipina mengatakan MILF berhubungan dengan militan yang berafiliasi dengan al-Qaidah, dengan memberikan mereka perlindungan dan lahan latihan.

Namun, tuduhan tersebut dibantah mentah-mentah oleh Iqbal 

"Kami telah bersumpah untuk memerangi terorisme yang tidak memiliki tempat dalam Islam. Mencap MILF sebagai kelompok teroris tidak adil," ujar Iqbal.

Presiden Benigno Aquino sebelumnya mendesak anggota dewan untuk tidak mengabaikan pemberian otonomi pada MILF. Aquino mengatakan, jika hal itu tidak terlaksana, maka proses perdamaian terancam batal.

Pemberontakan selama 45 tahun di Mindanao telah menewaskan 120 ribu orang dan mengakibatkan sekitar dua juta orang terpaksa mengungsi. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER