Pemerintah Tiongkok Batasi Nyala Kembang Api Saat Imlek

Christina Andhika Setyanti | CNN Indonesia
Kamis, 19 Feb 2015 01:02 WIB
Tahun ini, pemerintah Tiongkok meminta masyarakat untuk mengurangi nyala kembang api demi mengurangi polusi udara.
Ilustrasi kembang api (Pixabay/suc)
Beijing, CNN Indonesia -- Perayaan tahun baru identik dengan kembang api, tak terkecuali saat perayaan Imlek. Percikan kembang api di langit memang sudah jadi tradisi berabad-abad. Namun tahun ini, pemerintah Tiongkok meminta masyarakat untuk mengurangi nyala kembang api.

Hal ini bertujuan untuk mengurangi polusi udara beracun akibat banyaknya kembang api yang dinyalakan. Banyak kota-kota di Tiongkok yang sudah melarang warganya untuk menyalakan kembang api pada hari Rabu (18/2) dan Kamis (19/2). Sementara kota lainnya memilih untuk mengurangi penjual kembang api yang diizinkan untuk menjual kembang api.

Di Beijing, masyarakat menerima pesan teks dari perusahaan telepon selular mereka. Pesan ini berisi tentang nasihat untuk mengurangi kembang api. Sementara media pemerintah terus mengulangi peringatan ini di koran dan website mereka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rabu (18/2) lalu, diperkirakan sebagai hari yang paling berpolusi. Diperkirakan juga, tingkat polusinya akan mencapai skala polusi udara tertinggi dalam skala pengukuran. Dikatakan juga, polusi udara ini kemungkinan akan berlangsung sampai Jumat mendatang karena kondisi yang berangin.

Meskipun sudah diperingatkan, salah satu penjual kembang api bermarga Yu di Beijing mengatakan bahwa ia masih sibuk melayani pelanggan. Menurut Fox News, Yu hanya diizinkan untuk menjual kembang api hanya 10 hari di tahun ini. Sedangkan di tahun lalu, ia bisa berjualan sampai 20 hari.

Seperti diketahui, negara ini berada di bawah tekanan besar untuk bisa menghilangkan polusi udara. Negara ini termasuk dalam negara yang paling berpolusi di dunia. Tahun lalu, pemerintah Beijing mengatakan jika mereka berencana untuk bisa menghilangkan semua bentuk pemakaian dan pembakaran batubara pada tahun 2020 secara bertahap.

Sekitar 60 persen produksi energi dan 80 persen listrik di Tiongkok masih bergantung pada batubara. Bulan November lalu, Presiden Xi Jinping berjanji untuk menghentikan peningkatan emisi karbon, paling lambat tahun 2030. (chs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER