Jakarta, CNN Indonesia -- Akibat musim dingin ekstrem yang menerpa Amerika Serikat, dikabarkan setidaknya 23 orang meninggal dunia pada pekan ini.
Diberitakan CNN pada Sabtu (21/2), mayoritas warga yang meninggal berdomisili Tennessee, yaitu sebanyak 18 orang.
Merujuk pada data yang dihimpun Badan Manajemen Keadaan Darurat Tennessee (TEMA), tiga di antara korban tersebut adalah seorang ayah, ibu, dan anaknya yang terbakar api dari pemanas ruangan. Petugas pemadam kebakaran yang dikerahkan mengaku kesulitan mengevakuasi korban lantaran lantai atas rumah tersebut runtuh menimpa lantai dasar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa penyebab kematian lainnya adalah hipoterima, kecelakaan lalu lintas, dan pasien yang tak mendapat perawatan akibat kondisi cuaca.
Sementara itu, 2.700 warga lainnya hidup tanpa listrik di tengah kedinginan, hujan membekukan, dan salju yang diprediksi masih akan turun hingga beberapa hari.
Lebih parah lagi, menurut pengamat cuaca CNN, kondisi ini akan mulai merambah ke bagian timur AS. Di wilayah tersebut, ada 125 juta warga yang terancam terkena dampak embusan angin dingin.
Salju, hujan es, dan hujan beku akan tersebar di sekitar pertengahan Selatan hingga pertengahan Atlantik selama beberapa hari ke depan.
Peringatan akan dampak musim dingin ini sudah disampaikan di beberapa tempat. Di Nashville, akumulasi es diperkirakan akan menyebabkan padamnya listrik. Sementara itu, ketinggian salju di Kentucky meningkat 38 sentimeter dari pekan lalu. Badai salju ini akan merebak ke Pesisir Timur pada akhir pekan.
Cuaca ekstrem ini memang sudah melanda AS sejak awal Februari. Akibat musim dingin yang menghantam wilayah timur laut AS, pada 2 Februari lalu sekitar 2.900 penerbangan dibatalkan di Bandara Internasional Chicago O'Hare, Bandara Internasional Newark Liberty, Bandara Internasional Logan Boston, dan Bandara LaGuardia New York.