Adik Presiden Iran Ikut Perundingan Nuklir

Reuters | CNN Indonesia
Minggu, 22 Feb 2015 05:31 WIB
Adik Presiden Iran yang juga penasihat mengikuti perundingan program nuklir Iran dengan Amerika dan lima negara adidaya untuk mudahkan konsultasi.
Perundingan nuklir Iran sudah memasuki tahap teknis yang rinci sehingga memerlukan ketelitian dan kecermatan. (Getty Images/IIPA)
Tehran, CNN Indonesia -- Presiden Iran Hassan Rouhani mengirim adiknya dan kepala badan atom ke Jenewa untuk mengatasi hambatan dalam perundingan nuklir dengan Amerika Serikat dan lima negara adidaya lain.

Media Iran melaporkan bahwa kepala badan nuklir Iran Ali Akbar Salehi dan Hossein Fereydoon, adik yang juga penasehat presiden Rouhani, untuk kali pertama akan secara resmi menghadiri perundingan maraton yang sekarang telah memasuki tahap sensitif karena menyangkut rincian teknis.

“Kehadiran Fereydoon dipicu oleh kebutuhan untuk melakukan konsultasi dan membuat koordinasi yang dibutuhkan sepanjang perundingan di Jenewa,” kata Mohammad Ali Hosseini, seorang pejabat kemenlu Iran, Sabtu (21/2).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Sekarang Jenewa adalah pusat dari diplomasi AS-Iran terkait masalah-masalah nuklir yang masih ada,” ujarnya seperti dikutip kantor berita resmi Iran, IRNA.

Koran semi pemerintah Tabnak mengatakan Ernest Moniz, Menteri Energi AS yang juga hadir dalam perundingan ini, sudah mengenal Ali Akbar Salehi sejak awal 1970-an, ketika kepala badan nuklir Iran belajar ilmu rekayasa nuklir di Institut Teknologi Massachusetts, MIT.

“Sekarang mereka kembali bertemu setelah 40 tahun. Moniz bergabung dalam perundingan di Jenewa untuk memastikan diplomasi yang sangat teknis ini berjalan dengan benar,” tulis Tabnak yang mengutip seorang pejabat nuklir Iran.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry sebelumnya mengatakan bahwa Washington menginginkan kesepakatan dicapai pada tenggat waktu 30 Juni.

Para pejabat AS dan Iran memulai putaran perundingan baru di Jenewa pada Jumat (20/2) untuk mengakhiri kebuntuan terkait program nuklir Republik Islam ini yang dicurigai oleh negara-negara Barat memiliki tujuan militer. Iran membantah tuduhan itu.

Perundingan bilateral antara Tehran dan Washington, berpuncak pada pertemuan menteri luar negeri pada Minggu (22/2) dan merupakan bagian dari tawar-menawar antara Iran dan enam negara adidaya atau P5+1, yang bertujuan membatasi kegiatan nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi global.

Perundingan Iran dengan P5+1, AS, Inggris, Perancis, Jerman, Rusia dan Tiongkok, telah melewati tenggat waktu sebelumnya yaitu 24 November 2014. Dan menjelang tenggat waktu kedua ini perbedaan besar, terutama terkait pengayaan uranium Iran dan kecepatan pencabutan sanksi, masih terus ada.

Laporan PBB yang baru-baru ini diterbitkan mengatakan bahwa Iran telah menahan diri  untuk tidak memperluas uji coba model-model yang lebih efisien dari satu mesin yang digunakan untuk memperkaya uranium sesuai dengan kesepakatan dengan enam negara adidaya itu.

Pengembangan sentrifugal yang lebih canggih dikhawatirkan menghasilkan materi yang berpotensi digunakan untuk memproduksi bom nuklir.

Juru runding utama Iran Abbas Araqchi mengatakan kepada televisi pemerintah setelah perundingan hari pertama dengan AS bahwa kedua pihak “masih mencari jalan yang lebih kreatif untuk mempercepat perundingan”.

“Suasananya positif dan sungguh-sungguh,” tambahnya.

“Setelah perundingan satu tahun mengenai berbagai topik, kini kami akan memasuki rincian kecil. Tujuan kami adalah mencapai kesepakatan akhir yang meliputi garis besar umum dan rinci sekaligus, sehingga kami harus berkonsentrasi di berbagai bidang dan tahapan kesepakatan.” (yns)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER