Jenewa, CNN Indonesia -- Menteri Luar Negeri AS dan mitranya dari Iran mencoba mengurangi jurang perbedaan dalam satu putaran perundingan baru nuklir Irak di Jenewa agar bisa mencapai kesepakatan kerangka kerja pada 31 Maret.
Sebelum John Kerry tiba di Jenewa pada Minggu (22/2), Menlu Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan kepada media pemerintah Iran bahwa perundingan bilateral tingkat pejabat menengah menghasilkan “pembicaraan yang baik tetapi tidak tercapai kesepakatan,” dan bahwa masih ada beberapa perbedaan pendapat.
“Menurut saya, perbedaan mendasar, adalah aspek psikologi. Sejumlah negara Barat, terutama Amerika Serikat, memandang sanksi sebagai satu aset, satu senjata untuk menekan Iran. Sepanjang jalan pikiran ini tetap ada, akan sulit mencapai satu kesepakatan,” kata Zarif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
John Kerry tidak mengeluarkan pernyataan setibanya di Jenewas, dimana dia bertemu dengan delegasi AS sebelum berunding dengan Zarif.
Untuk pertama kali Menteri Energi AS Ernest Moniz dan Kepala Program Nuklir Iran Ali Akbar Salehi, bersama dengan adik Presiden Iran Hosein Fereydoon, hadir dalam perundingan ini.
Zarif mengatakan hal ini menggambarkan perlunya “pejabat itngkat tinggi yang memiliki pengetahuan dan kekuasaan dalam masalah-masalah ini,” sementara Fereydoon terlibat untuk bisa melakukan “koordinasi lebih baik dengan presiden”.
Pada Sabtu (21/2) Kerry mengatakan keikutsertaan Moniz menggambarkan tingginya aspek teknis dalam putaran perundingan kali ini, meskipun hal ini tidak berarti “harus dicapai satu keputusan”.
“Pejalanan masih jauh,” kata Kerry di London setelah bertemu dengan Menlu Inggris Phillip Hammond.
Perundingan antara Iran dan negara adidaya yang tergabung dalam “P5+1”, AS, Inggris, Perancis, Jerman, Rusia dan Tiongkok, telah mencapai tahapan yang sensitif sementara perbedaan pendapat terutama terkait pengayaan uranium Iran dan jangka waktu pencabutan waktu, masih ada.
Satu laporan PBB mengatakan bahwa Iran telah menahan diri mengembangkan uji coba model mesin yang lebih efisien untuk memurnikan uranium yang diatur dalam kesepakatan nuklir dengan enam negara adisaya itu.
Pengembangan sentrifugal yang lebih canggih ini dikhawatirkan menghasilkan materi yang berpotensi bisa digunakan untuk membuat bom nuklir.
Iran sendiri menegaskan tidak berniat mengembangkan bom atom.
Kerry mengatakan Presiden Barack Obama tidak mau memperpanjang perundingan ini lagi, setelah gagal memenuhi tenggat waktu pertama 24 November 2014.
Obama mengatakan “garis besar politik mendasar dan kesepakatan bisa dicapai dalam jangka waktu yang telah ditentukan ini,” kata Kerry.
Zarif mengatakan Rouhani tidak akan menerima kesepakatan jangka pendek, ataupun kesepakatan umum yang bisa memiliki berbagai interpretasi.
(yns)