Jakarta, CNN Indonesia -- Dokumen kawat antara badan intelijen Israel Mossad dengan intelijen di Afrika Selatan bocor ke media. Dalam dokumen tersebut terbongkar kebohongan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu soal program nuklir Iran.
September 2012 lalu, Netanyahu di mimbar Majelis Umum PBB berpidato dengan berapi-api soal ancaman senjara nuklir Iran. Membawa karton bergambarkan bom, Netanyahu saat itu coba menjelaskan bahwa Iran tinggal setahun lagi merampungkan "rencana membuat senjata nuklir."
Saat itu, Netanyahu menyerukan aksi global dalam menghentikan program nuklir Iran dan membenarkan tindakan militer Israel untuk mencegahnya. Komentarnya saat itu disampaikan di tengah upaya negosiasi soal nuklir yang membuat Iran dihujani sanksi dan embargo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun dalam percakapan kawat antara Mossad dengan Afrika Selatan yang diperoleh oleh media The Guardian dan Al Jazeera dan dipublikasi awal pekan ini justru mengatakan sebaliknya.
Mossad beberapa pekan setelah pidato Netanyahu mengatakan bahwa Iran tidak "melakukan aktivitas untuk memproduksi senjata dan tidak terlihat siap mengayakan uranium ke tingkat yang lebih tinggi untuk membuat bom nuklir."
Pernyataan Mossad ini sejalan dengan laporan intelijen AS yang juga belum menemukan bukti bahwa Iran menggunakan infrastruktur nuklirnya untuk membuat bom.
Kendati Mossad telah menyatakan Iran tidak berniat membuat senjata nuklir, namun Israel tetap melakukan operasi mata-mata untuk mengumpulkan nama, alamat dan kebiasaan sehari-hari orang-orang yang diduga intel Iran di Afrika Selatan.
The Guardian dan Al Jazeera mengaku menerima ratusan dokumen dan kawat dari Mossad untuk Afrika Selatan, menyebutnya sebagai "salah satu bocoran mata-mata terbesar saat ini." Dokumen itu juga mengungkapkan rincian operasi melawan al-Qaidah, ISIS dan organisasi teroris lainnya.
The Guardian menuliskan, di antara informasi yang terdapat di dalamnya adalah soal upaya CIA membangun hubungan dengan Hamas, intelijen Korea Selatan yang mengincar pemimpin Greenpeace, Barack Obama "mengancam" Presiden Palestina agar membatalkan upaya pengakuan di PBB, dan soal mata-mata Afrika Selatan pada Rusia terkait kesepakatan satelit bersama senilai US$100 juta.
 PM Israel Benjamin Netanyahu pada 2012 mengatakan bahwa Iran tinggal setahun lagi memiliki senjata nuklir, sebuah klaim yang tidak terbukti. (Getty Images/Mario Tama) |
Bocoran ini muncul di tengah ketegangan politik antara AS dan Israel serta menjelang pidato Netanyahu di Kongres AS pada 3 Maret soal kompromi nuklir Iran yang tengah dinegosiasikan antara pemerintah Teheran dengan beberapa negara.
Gedung Putih khawatir upaya Netanyahu akan merusak negosiasi yang telah dirintis lama oleh Iran dan enam negara besar soal nuklir. Tenggat waktu pembentukan kerangka kesepakatan adalah akhir Maret mendatang dan diharapkan rampung seluruhnya pada 30 Juni.
Bocoran ini juga muncul selang 20 bulan setelah Edward Snowden membongkar dokumen rahasia Badan Keamanan Nasional AS, NSA, menunjukkan celah keamanan yang lebar di sumber informasi intelijen.
(stu)