Pejabat Pro-Demokrasi Hong Kong Menyerahkan Diri ke Polisi

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Senin, 02 Mar 2015 13:42 WIB
Dua pejabat pro-demokrasi Hong Kong menyerahkan diri atas keterlibatan mereka dalam unjuk rasa menuntut pemilu langsung Desember lalu.
Masyarakat Hong Kong menggelar aksi turun ke jalan untuk menuntut pemilu langsung pada September hingga Desember 2014. (Reuters/Bobby Yip)
Hong Kong, CNN Indonesia -- Dua pejabat pro-demokrasi Hong Kong, Albert Ho dan Helena Wong, menyerahkan diri ke polisi pada Senin (2/3) atas keterlibatan mereka dalam unjuk rasa meminta pemilu langsung pada Desember lalu.

Dilansir Channel NewsAsia, Senin (2/3), dua anggota Partai Demokrasi ini datang ke Kantor Polisi Wan Chai sambil memegang payung kertas kuning yang merupakan lambang gerakan demokrasi. Di sekitar mereka, berdiri para pendukung yang berteriak, "Kami ingin hak pilih universal."

Sebelum masuk ke kantor polisi, Helena berkata, "Kami rakyat Hong Kong yang mencoba berjuang untuk demokrasi yang sebenarnya dan pemerintah Tiongkok merenggut demokrasi itu dari kami."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Unjuk rasa ini digelar setelah Beijing mengumumkan bahwa kandidat pemimpin Hong Kong dalam pemilu 2017 akan ditentukan oleh pemerintah Tiongkok. Aksi protes turun ke jalan ini dimulai sejak September lalu dan bertahan hingga Desember.

Pengunjuk rasa menganggap keputusan tersebut sebagai cermin dari demokrasi palsu. Namun, pemimpin Hong Kong mengatakan bahwa pemilu harus dilaksanakan sesuai dengan aturan Beijing dan tidak ada tawar-menawar akan hal ini.

Sebelumnya, pemimpin siswa perwakilan pergerakan anak muda Hong Kong, Joshua Wong, juga telah menjalani pemeriksaan di kepolisian. Ia ditahan dan diinterogasi, kemudian dibebaskan beberapa jam kemudian tanpa tuntutan apapun.

Memberikan keterangan pasca pemeriksaan, Wong menyatakan bahwa polisi baru dapat menghukum para siswa jika menemukan bukti atas kesalahan yang dituduhkan.

Namun, pihak kepolisian mengatakan bahwa mereka memiliki hak untuk menuntut demonstran yang sudah dilepas. Pengacara Joshua, Michael Vidler, menganggap hal tersebut merupakan upaya kontrol pemerintah.

"Ini menyebabkan rasa kecemasan dan mereka menggunakan itu, menurut pandangan saya, sebagai cara untuk mengontrol," katanya.

Senada dengan Vidler, salah satu mantan pejabat bernama Audrey Eu yang akan menyerahkan diri pada Senin sore berkata, "Penahanan yang sudah direncanakan ini adalah pemborosan sumber daya dan uang. Polisi mencoba mengintimidasi rakyat Hong Kong."

Sementara itu, beberapa pejabat pro-demokrasi lain juga dikabarkan akan memenuhi panggilan polisi hari ini, di antaranya Martin Lee dan Charles Mok.

(ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER