Jakarta, CNN Indonesia -- Dokumen dari mantan kontraktor Otoritas Keamanan Nasional Amerika Serikat, Edward Snowden yang dirilis pada Kamis (5/3) mengungkapkan bahwa Selandia Baru ikut memata-matai Indonesia dan sejumlah pulau di sepanjang Samudera Pasifik secara elektronik, pada tahun 2009 silam.
Dilaporkan Reuters, informasi yang didapatkan Selandia baru kemudian dibagikan dengan intelijen dari negara sekutu internasional lainnya.
Dokumen itu menyebutkan bahwa badan intelijen elektronik Selandia Baru meretas
email, saluran telepon seluler dan telepon rumah, serta pesan di media sosial dan komunikasi elektronik lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya Indonesia, sejumlah pulau di sekitar Selandia Baru, seperti Fiji, Samoa, Kepulauan Solomon, dan Polinesia ikut menjadi korban peretasan tersebut.
Dokumen ini dikumpulkan oleh Biro Keamanan Komunikasi Pemerintah (GCSB) bersama dengan Badan Keamanan Nasional AS (NSA), dan lembaga intel lainnya di negara yang terkenal dengan sebutan "Five Eyes" atau Lima Mata, termasuk Australia, Inggris, Kanada, dan Amerika Serikat.
"Mereka menyasar beberapa target dari negara-negara Pasifik Selatan dan target lain dan meretas segalanya," kata penulis investigasi, Nicky Hager, kepada Radio Selandia Baru, dikutip dari Reuters, Kamis (5/3).
"Mereka meretas setiap panggilan telepon tunggal, sambungan email tunggal, dan langsung mengirimkan informasinya ke
database Badan Keamanan Nasional AS," kata Hager melanjutkan.
Hager, yang bekerja sama dengan media setempat, New Zealand Herald, dan situs Intercept yang mengungkap dokumen ini menyatakan akan ada pengungkapan lebih lanjut.
Dokumen ini juga mengungkapkan bahwa seorang perwira GCSB Selandia Baru telah bekerja dengan Australian Signal Directorate untuk memata-matai perusahaan ponsel Indonesia, Telkomsel.
Sementara, Perdana Menteri John Key menolak untuk mengomentari dokumen ini, namun menyatakan pada sehari sebelumnya, Rabu (4/3), bahwa dia berharap dokumen ini salah.
Sementara, hingga berita ini ditulis, GCSB juga menolak untuk memberikan komentar.
Peran GSCB, yang memiliki fasilitas intelijen besar di negara bagian South Island, sempat menjadi masalah dalam pemilihan umum tahun lalu.
Pasalnya, dokumen yang dirilis oleh Snowden menyatakan GCSB berencana untuk melakukan pengawasan besar-besaran di dalam negeri.
GCSB sendiri telah dilarang untuk memata-matai warga Selandia Baru, kecuali mendapat ijin dari pihak berwenang dan untuk mendukung kinerja lembaga lainnya.
Negara-negara di kawasan Pasifik Selatan memang tengah mengalami gejolak dalam negeri, seperti kudeta militer di Fiji, serta perselisihan bersenjata antar kelompok di Kepulauan Solomon. Sementara Perancis kerap mempertahankan pangkalan militer di Tahiti dan Kaledonia Baru.
Tiongkok juga telah meningkatkan pengaruh dan pengembangan bantuan kepada pulau-pulau kecil tersebut.
(ama/stu)